Mohon tunggu...
Alisatirakza
Alisatirakza Mohon Tunggu... Lainnya - menulis titik-titik

Sunny Muhammad Alisatirakza

Selanjutnya

Tutup

Book

Novel Winarta: Oase Sastra Revolusi, Sebuah Resensi

3 Februari 2024   14:15 Diperbarui: 3 Februari 2024   14:24 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel Winarta yang ditulis oleh Basuki Gunawan pada tahun 1953 kemudian diterbitkan kembali oleh Marjin Kiri melalui penerjemahan Martha Dwi Susilowati, ialah sejumput sastra masa revolusi Indonesia yang sampai ke kita hari ini. Naskahnya telah jauh mengembara bahkan sejak lama sebelum generasi kita lahir, Barangkali ia bukan naskah terbaik yang masa revolusi berikan tapi ia berhasil membawa kita pada alternatif sastra yang anideologis di masa-masa revolusi.

Gelar honorary mention dari juri sayembara tahun 1953 memberikan kita kepastian bahwa naskah ini memanglah bukan naskah asal-asalan. Mengutip komentar yang berada di depan cover buku,

“... Novel pendek ini seperti tidak berasal dari seorang pengarang yang sangat muda, melainkan sudah berpengalaman, begitu terkendali dalam konstruksi dan penulisannya.” -Alfred Birney, De Groene Amsterdammer

Basuki Gunawan dalam novel Winarta ini berkutat pada bahasa keresahan individual -individualisme ala barat yang pada masanya jarang dibicarakan lewat sastra. Bahwa keresahan yang ditulis dengan ‘Observasional dingin’ membuatnya terpukau hari-hari ini, seperti oase yang berbicara universal -melewati konteks masa revolusi Indonesia- bagi para individu-individu kota yang resah dalam hegemoni urbanisasi dan kacau dalam eksistensi diri.

Novel Winarta adalah gejolak perlawanan masa revolusi, yang lebih tepat dikatakan perlawanan atas kesia-siaan yang menimpa Winarta -sang tokoh utama. Ia hidup dalam kelesuan takdir dan dalam keadaan terus-menerus melawan kesia-siaan yang menimpa dirinya.

Sejak awal kita telah disajikan kesia-siaan dan usaha untuk melawannya ataupun juga menghindarinya. Dimulai dari Winarta yang menggap kuliahnya tak bernilai apapun, lesunya menghadapi harapan ayahnya untuk menjadi dokter, hingga kelesuan menghadapi takdir bahwa orang tuanya telah meninggal secara tiba-tiba. Gejolak batin perihal kesia-siaan dalam diri Winarta tergambar jelas dalam berbagai babak cerita.

Aku menatapnya keheranan. Jika begitu mungkin sikap menyalahkannya itu berhubungan dengan kesia-siaan dari tindakannya. Aku jadi teringat kuliahku. Memang pedih sekali menyadari sesuatu yang ternyata sia-sia. Kepedihannya hampir tidak tertanggungkan.” hlm. 20

Perlawanan Winarta terus berlanjut setelah ia mengetahui bahwa orang tuanya meninggal hanya karena kesalahan target mata-mata penjajah. Winarta yang dingin penuh problematik dan terus-menerus harus didera kesia-siaan terkobar dendamnya kepada penjajah. Perlawanan berpindah latar ke medan pertempuran revolusi Indonesia. Pertempuran senjata terhadap penjajah yang masih tetap disponsori oleh gejolak kebatinan perlawanan atas kesia-siaan hidup..

“Sekarang yang lebih penting adalah secepat mungkin menentukan sikap baru dalam menghadapi hidup. Bukan penting karena aku menganggapnya penting, tetapi karena memang tidak ada jalan selain menghadapi kenyataan apa adanya.” hlm.25

Pada akhirnya, kita disuguhkan pada akhir perlawanan oleh Winarta yang menyia-nyiakan. Sebuah ending yang tidak menggembirakan atau juga sama sekali tidak menyedihkan. Barangkali ada naskah akhir yang kita tunggu-tunggu namun tak pernah ditemukan mengingat ini adalah mahakarya terlupakan dari tahun 1953, yang dalam perjalanannya pernah menjadi cerita bersambung surat kabar masa itu.

Observasional yang dilakukan Basuki Gunawan membawa kita pada pengetahuan seputar pandangan-pandangan perihal keadaan sosial masa itu. Bahwa, jatuh cinta dan sayang masa itu ialah kerelaan melepas dan berpisah dengan kekasihnya yang pergi ke ‘medan juang’.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun