Bukan berarti pencapaian mereka tidak pantas dikagumi, tapi aku tidak perlu membandingkan diriku dengan mereka.
Tuhan memberikan ujian, rejeki, dan waktu berbeda untuk tiap orang. Menerima diri bukan berarti berhenti berjuang. Justru ketika kita menerima diri apa adanya, kita bisa tumbuh dengan cara yang asli---bukan untuk mencari validasi orang lain.
Aku percaya:
- Biasa itu bukan aib. Hidup kita sebagian besar terdiri dari momen biasa, dan di situ kita temukan kebahagiaan sejati.
- Setiap orang spesial dengan caranya sendiri. Mungkin aku bukan pembicara hebat, tapi aku pendengar yang baik.
- Dampak terbesar mungkin tak terlihat---seperti senyum yang menghangatkan hari seseorang, atau kata-kata yang memberi semangat.
Pesan untuk Kamu yang Merasa Terlalu Biasa
Jangan biarkan media sosial mendikte arti suksesmu. Di balik sorotan itu, ada perjuangan yang tak terlihat. Fokuslah pada perjalananmu sendiri.
Rayakan setiap kemenangan kecil---menyelesaikan tugas tepat waktu, membantu teman, bertahan melewati hari berat. Semua itu berarti.
Ingat, Tuhan punya rencana dan waktu-Nya sendiri. Mungkin belum terlihat, tapi pasti tepat.
Jangan remehkan kekuatan menjadi orang baik. Di dunia yang keras ini, kebaikan adalah kekuatan super yang langka.
Kembali ke pertanyaanku: "Tuhan, apakah aku terlalu biasa?"
Jawabannya: Tidak ada yang biasa di mata Tuhan. Setiap jiwa unik, punya potensi dan tujuan tersendiri. Kata "biasa" hanyalah perspektif kita yang terbatas.
Mungkin kamu bukan influencer viral atau pengusaha sukses, tapi kamu bisa jadi anak yang membanggakan orang tua, teman yang setia, atau pribadi yang membawa kebaikan di sekitarmu.
