Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Amalan Sederhana Ternyata Juga Sulit

3 Mei 2021   05:19 Diperbarui: 3 Mei 2021   06:49 1099
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: radarkudus.jawapos.com

"Puasa kok gitu-gitu aja sih Kang. Cik atuh belajar memperbaiki diri, mengikuti apa yang diajarkan oleh Rosul. Dipelajari, apa saja yang biasa dilakukan nabi di bulan puasa ini, terus dipraktekkan!" kata Nyi Iteung melihat suaminya hanya rebahan dari pagi hingga siang itu.

"Kamu tuh suka suudon aja Teung!" kata si Kabayan tanpa bergerak. "Saya ini sudah lama selalu mengikuti lima amalan nabi selama bulan puasa. Sudah dari dulu, dan alhamdulillah selalu saya usahakan untuk ditingkatkan, minimal dipertahankan...."

"Apa saja coba?" tanya Nyi Iteung lagi.

"Pertama. Soal sahur. Nabi selalu melakukan sahur sebelum menjalankan ibadah puasa," kata si Kabayan. "Nah, coba inget-inget, kapan Akang tidak sahur? Selama kamu bangunkan pas waktunya, Akang pasti bangun untuk makan sahur. Meskipun Akang tau makan sahurnya seadanya. Coba bayangkan kalau kamu masak masakan yang enak setiap sahur, pasti Akang akan lebih semangat lagi!"

"Nah, nabi juga selalu makan sahur di akhir waktu. Sama kan? Mana pernah Akang sahur jam 2. Selalu jam empat, dekat-dekat dengan imsak!" tambah si Kabayan.

Meski pengen menimpali soal sahur itu, Iteung menahan diri dulu. "Terus?"

"Kedua soal buka puasa. Nabi selalu menyegerakan buka puasa," kata si Kabayan lagi. "Coba kamu inget-inget, kapan Akang malas-malasan buka puasa? Nggak pernah kan? Begitu adan, langsung buka...."

"Ada lagi," tambahnya, "Berbukalah dengan yang manis. Nah, karena kita nggak selalu punya korma, atau bahkan gula. Setidaknya sejak Akang nikah sama kamu, Akang selalu berbuka dengan yang manis, kamu! Makanya kalau waktunya buka itu kamu jangan manyun terus, tersenyum yang manis, biar Akang selalu bisa buka dengan yang manis!"

"Iya. Akang berbuka dengan yang manis, sementara saya selalu buka dengan yang pahit!" gerutu Nyi Iteung. "Ya sudah, terus amalan lain?"

"Iktikap. Berdiam diri di masjid!" jawab si Kabayan. "Nah yang ini memang rada berkurang. Tapi bukan salah Akang. Dulu Akang sering berdiam diri di masjid. Tapi sekarang di masjid banyak aturannya, malah ditulis gede-gede 'dilarang tidur di masjid,' jadi terpaksa Akang menguranginya...."

"I'tikaf itu berdiam diri, bukan tidur!" kata Nyi Iteung.

"Ya memang," kata si Kabayan. "Niat Akang juga bukan untuk tidur, tadi berdiam diri. Tapi kan kamu tahu sendiri, di masjid itu suasananya tenang, sejuk, adem, jadi kalau nggak ngapa-ngapain, cuma diam saja bawaannya kan pasti ngantuk, terus ketiduran. Lagian kan tidurnya orang puasa juga dianggap ibadah. Jadi apa salahnya coba?"

"Salahnya itu karena Akang tidurnya ngorok sama ngiler!" kata Nyi Iteung. "Ngoroknya mengganggu orang yang mau I'tikaf beneran, dan ngilernya bikin masjid kotor!"

Kabayan nyengir.

"Apa lagi coba amalan lainnya?" tanya Iteung lagi.

"Sedekah!" jawab Kabayan. "Kata nabi, bulan puasa ini adalah saat yang tepat untuk memperbanyak sedekah. Nah, karena kita orang yang nggak mampu, bukan berarti Akang nggak pernah sedekah. Kata UTS, Ustad Tatang Somad, sedekah yang paling murah adalah senyum. Coba kamu inget-inget, Akang ini kan orang yang mudah senyum. Pada siapapun. Mau kenal mau enggak, kalau ketemu di jalan pasti senyum!"

"Apa lagi?" tanya Nyi Iteung.

"Menahan lisan!" jawab si Kabayan. "Semakin banyak iktikap --meski ujungnya jadi ketiduran---semakin baik karena kita tak terlalu banyak omong, yang akhirnya malah bisa menyakiti orang!"

"Coba kamu lihat, kalau siang pas puasa. Akang kan jarang kemana-mana. Itu supaya mengurangi bertemu dengan orang yang akhirnya malah akan terlibat gibah, bergosip. Jadi untuk menahan lisan, ya sebaiknya jangan terlalu banyak kumpul-kumpul pas puasa. Kumpulnya malam saja!" tambahnya.

Iteung mendelik, "Kok amalannya yang sederhana dan enak-enak aja sih; sahur, menyegerakan buka, I'tikaf yang berujung tidur, sedekah pake senyum, sama menahan lisan!"

"Sederhana dan enak itu tidak sama dengan mudah!" kata si Kabayan. "Banyak orang yang males-malesan sahur, bahkan buka pun malas, sekalian diet katanya. Banyak yang memilih kumpul-kumpul siang hari yang buntutnya bikin hal-hal yang enggak-enggak, karena katanya nggak asyik nongkrong di masjid!"

"Terus banyak yang puasa manyun terus kayak kamu, buat senyum aja susah, karena terus mikirin buka puasa makan apa, atau bahkan lebaran mau pake baju apa. Dan banyak yang susah menahan lisan kayak kamu, ngomel terus, ketemu tetangga masih ngomongin suami, lalu banding-bandingin dengan yang lain, terus belok ngomongin suami atau istrinya orang!" lanjut si Kabayan.

Iteung memilih diam dan tak melanjutkan omongannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun