Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Hikmah Ramadan Tahun Lalu dan Sekarang untuk Para Suami

14 April 2021   05:33 Diperbarui: 14 April 2021   05:36 1074
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Antara Foto via nasional.kompas.com

"Kenapa?" tanya Mang Odon.

"Karena tahun lalu jarang ketemu orang, jadi berkurang potensi bikin dosanya. Karena tarawih di rumah, jadi nggak ngomongin orang yang nggak ikut tarawih, karena nggak ketahuan. Nggak ngomongin imam yang bacaannya salah atau banding-bandingin mana yang lebih bagus sama yang lebih cepat solatnya. Nggak ngomongin mukena orang lain yang sudah butut. Sampai lebaran pun nggak ngomonin kueh tetangga yang itu-itu saja!" jawab Kabayan.

"Bener juga sih. Tapi itu mah kan penyakit nggak cuma waktu puasa sama lebaran. Itu mah penyakit menahun!" sahut Mang Odon. "Tapi kan tetap saja, pemerintah diomongin. Katanya masak ibadah saja dilarang, sampai dengan lebaran juga diomongin. Solat ied setahun sekali pun dihalang-halangi. Padahal kan tujuannya baik..."

"Iya, sekarang kan diomongin lagi. Katanya menghalangi orang mau mudik lagi. Tahun kemarin dihalangi, sekarang malah dilarang sama sekali meski tarawihnya sudah nggak dilarang!" imbuh Kabayan.

"Ya begitu risiko jadi pemerintah. Risiko jadi pejabat," kata Mang Odon. "Mau salah mau bener, ada aja yang diomonginnya. Sudah gitu, sekarang bulan puasa masih ada paksinasi. Katanya harusnya paksinasi itu ditunda dulu sampai setelah bulan puasa selesai. Nggak mikir apa, kalau penyakitnya juga nggak berhenti menyebar meski bulan puasa!"

"Nah itu! Padahal kan kalau mau, bisa nih bulan puasa ini dijadikan sebagai alat melawan pirus itu. Coba bayangkan kalau semua orang berhenti keluar rumah, mengurangi kegiatan bertemu dengan orang lain yang nggak perlu. Kalau sebulan, kan lumayan, pirusnya bisa berhenti menyebar," kata Kabayan lagi. "Lah ini, sama saja. Mau puasa malah jadi tambah sering bertemu orang, berkerumun dengan orang lain. Sehari sebelum puasa, emol rame yang belanja buat persiapan. Tukang kridit masih saja datang dari rumah ke rumah nawarin barang buat lebaran, kan bahaya tuh, bisa bawa pirus dari luar. Penjual takjil rame lagi..."

"Aaah itu mah alesan aja Mang," timpal Nyi Iteung lagi. "Bilang aja nggak punya duit belanja di mal, nggak kuat lihat barang yang ditawarin tukang kiridit tapi nggak mampu nyicil. Nggak bisa beli takjilan! Menurut saya mah tahun ini sudah lebih baik. Kalaupun mal dibuka kan sudah pada nyadar kesehatan. Tukang kiridit juga pake masker, tukang takjil selain pake masker juga nyuruh pembelinya cuci tangan dulu!"

"Kamu tuh yang nggak lebih baik dari tahun lalu Teung..." kata Kabayan mulai sebel. "Dari tahun ke tahun selalu saja ngomongin suami sendiri!"

"Lah Akang juga sama, dari tahun ke tahun nggak bisa nyenengin istrinya!' tukas Nyi Iteung, "Pandemi malah jadi alesan!"

Mang Odon mulai nggak enak, ia melirik istrinya, "Cih hayu balik!"

"Aah Akang juga sama saja dengan si Kabayan!" Bi Icih mendelik, ia lalu menarik tangan Nyi Iteung, "Hayu Teung, kita rapat para istri dulu. Biar puasa dan lebaran tahun ini bisa lebih baik dari tahun kemarin. Biar pandemi nggak dijadiin alesan nggak beli apa-apa!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun