Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Strategi Anti-Ghosting ala Tukang Kredit

10 Maret 2021   12:05 Diperbarui: 10 Maret 2021   12:12 593
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Adegan Tukang Kredit dalam Sinetron Si Doel Anak Sekolahan (youtube RCTI via pikiran-rakyat.com)

"Ya enggak lah, masak dia yang berutang orang lain yang ditagih!" timpal Mang Dadang. "Bahkan kalau ada ibu-ibu yang ngredit dan ngilang, terus ketemu suaminya pun, saya paling hanya cerita. Suaminya mau bayarin syukur, kalau enggak ya sudah. Tapi kalau suaminya sih pasti mau bayarin. Kalau anaknya yang ketemu, saya nggak berani nagih, kasian!"

"Kalau baru sekali dua kali bayar, terus ilang semua?" tanya Kang Kardi.

"Itu namanya apes, salah saya sendiri yang teledor!"

"Nah, kalau kayak tadi, orang pacaran, janji-janji, terus tiba-tiba ngilang, gimana itu Mang?" tanya Bi Enah.

"Sama saja menurut saya mah, itu soal kepercayaan," jawab Mang Dadang. "Kalau namanya pacaran, cowoknya janji mau ngajak nonton, belum dipenuhi, ya mungkin ada sebabnya, belum ada uang atau belum ada waktu. Yang salah cowoknya, kalau belum siap, jangan janji. Ajak aja nonton kalau sudah ada waktu dan ada duitnya. Kalau cowoknya janji mau nikahin, yang cewek juga harus jaga-jaga, janjinya dipegang tapi jangan ngasih persekot duluan, baru janji dinikahin sudah ngasih segala macam, sampai kehormatannya segala. Kalau ditinggal baru nyesel!"

"Berarti kalau ada yang pacaran, cowoknya kabur, dan ceweknya ngejar-ngejar, artinya sudah ada yang diambil sama cowoknya ya?" tanya Ceu Imah.

"Ya mungkin saja! Apa yang diambil ya nggak tau, bisa barangnya, hatinya, atau yang lain. Kalau nggak ada, cuma pacaran biasa, apa susahnya coba? Putusin aja, cari yang lain. Selesai! Atau bisa jadi, yang ngejarnya terlalu berharap!" jawab Mang Dadang. "Jadi kalau seperti saya, ada orang baru mau ngredit, ya jangan langsung dikasih yang gede-gede, kasih yang kecil dulu. Nanti kalau lancar baru kasih yang gede. Kan gitu, sama-sama enak!"

"Bener juga sih," sahut Ceu Imah. "Ngomong-ngomong, saya jadi nggak dikasih kreditan rais kuker?"

"Ceu, kalau listrik di rumahnya kecil, nggak usah dulu, percuma. Masak pake dandang saja dulu, selain lebih enak, juga hemat. Apalagi cicilan dandangnya saja punya Ceu Imah belum lunas. Jadi bukannya saya tidak percaya, tapi Ceuceunya harus realistis!" Jawab Mang Dadang sambil mengangkat pikulannya. "Percayalah sama tukang kredit, nggak ada tukang kredit yang ngegosting, yang ada pelanggannya yang begitu! Hayu, ah mararangga!" ia pun meninggalkan Ceu Imah, Bi Enah dan Kang Kardi dan mulai berlagu dengan tambahan lirik baru, "Kiridit, kiridit.... Kiridit anti gosting, kiridit kiridit..."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun