Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stalin: (98) Kabar Buruk Saat Pulang

7 Maret 2021   21:24 Diperbarui: 8 Maret 2021   22:53 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Alip Yog Kunandar

Soso mengangguk, "Baru aja, rebahan sebentar di rumah, sekarang mau ketemu ibu..." jawabnya.

"Berarti belum ketemu ibumu?"

Soso menggeleng, "Ini saya baru mau ke sana!"

"Setahuku, ibumu sekarang tak ada di sana, kemarin dia pergi Didi-Lilo, adiknya, pamanmu, Sandala, meninggal dunia, katanya dibunuh oleh polisi..." kata Pak Jojo.

Soso melongo, "Paman saya? Meninggal?" ia berusaha mengingat-ingat. Apakah ia memiliki seorang paman dari ibunya? Semakin menggali ke dalam ingatannya, semakin ia tak bisa menemukannya. Bahkan ia tak pernah ingat kalau ibunya pernah bercerita tentang seorang paman atau keluarganya yang lain!

"Mungkin kamu tak ingat, dulu, waktu kamu masih kecil, paman dan bibimu masih sering berkunjung ke sini, menggendongmu, memainkan suling duduki[1] sampai kamu tertidur..." kata Pak Jojo lagi. 

"Dimana itu Didi-Lilo, Pak?"

"Aku tak tahu persis, tapi seingatku sebelah utara Tiflis, seberapa jauh dan di sebelah mana, aku juga tak tahu!" jawabnya. "Mungkin Pak Beso, ayahmu, tahu itu!"

Soso makin bingung, ia tak tahu apa yang harus dilakukannya saat itu. "Bapak yakin kalau ibu saya pergi ke sana?"

Pak Jojo mengangguk, "Kalau itu aku yakin, semua orang di sini juga pada tahu. Tanya saja sama Pak Koba, kayaknya sih dia tidak ikut ke sana!"

Tapi Soso bener-bener males ketemu dengan Pak Koba, terutama ia tak mau lagi berurusan dengan si Bonia yang selalu saja mengajaknya 'sesat' yang sulit dihindarkannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun