Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stalin: (93) Olga Guramishvili

2 Maret 2021   21:00 Diperbarui: 3 Maret 2021   22:23 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Alip Yog Kunandar

Episode Awal: (1) Soso

Episode Sebelumnya: (92) Ajakan ke Novorossiysk

*****

Rombongan itu terdiri dari delapan orang. Enam laki-laki dan dua orang perempuan. Rombongan laki-laki diantaranya Soso, Tuan Nikoladze, dan staf Tuan Nikoladze yang belum Soso kenal nama-namanya. Sementara dua orang perempuan yang ikut adalah Natela dan istri Tuan Nikoladze.

Istri Tuan Nikoladze ini menarik perhatian Soso. Usianya memang tak lagi muda, sekitar 40 tahunan, tapi gurat kecantikannya masih sangat terlihat. Ia bernama Olga Guramishvili. Soso baru kali itu melihatnya dan diperkenalkan kepadanya oleh Tuan Nikoladze. Sayangnya, ia tak bisa bertanya lebih lanjut soal itu.

Kepada Natela lah, Soso berani menanyakannya, saat mereka ngobrol berdua di dek kapal uap yang akan membawa rombongan itu ke Novorossiysk. Kapal itu sudah melanju meninggalkan Pelabuhan Poti sejak beberapa jam lalu.

"Dia istri kedua Tuan Nikoladze. Sebelum bersamanya, Tuan Nikoladze pernah menikah dengan seorang perempuan asal Polandia, Bogumila Zemaianskaia, punya anak tiga, satu cowok, meninggal, dan dua cewek, Nino dan Lolo," kata Natela. "Waktu Tuan Nikoladze ditahan pihak kekaisaran dan dibuang ke Stavropol[1] tahun 1880, Tuan Nikoladze mulai dekat dengannya dan menikahinya setelah menceraikan istrinya yang pertama..."

"Bangsawan ya?" tanya Soso.

Natela mengangguk, "Iya. Dia itu putri dari Alexander Guramishvili dari Avchala, sebelah utara Tiflis. Salah satu saudaranya, juga bernama Olga, adalah istri dari Pangeran Ilia Chavchanadze!"

Soso melongo, "Pantesan Tuan Nikoladze dekat dengan Pangeran Ilia, taunya mereka terikat persaudaraan dari istrinya masing-masing ya..."

Natela meliriknya, "Memangnya kamu kenal Pangeran Ilia Chavchanadze?"

Soso mengangguk, ia memang belum bercerita soal itu pada Natela, "Aku mengenalnya di Tiflis, sering main ke majalah yang dikelolanya. Ia juga yang menitipkanku kepada Tuan Nikoladze agar aku belajar di Poti selama liburan ini.." jawabnya.

"Oooh pantesan Tuan Nikoladze percaya sama kamu, ternyata kamu titipan Pangeran Ilia toh..." kata Natela.

Soso hanya nyengir.

"Bagaimana kamu bisa kenal Pangeran Ilia?" tanya Natela lagi.

"Dulu aku sering menulis puisi, dan puisiku dimuat di majalah Iveria yang dikelola Pangeran Ilia. Ya sudah, habis itu aku jadi sering ngobrol dengannya!" jawab Soso. "Eh, terusin ceritanya tadi, di mana Tuan Nikoladze dan Nyonya Guramishvili bertemu!"

"Mereka bertemu di Swiss. Pertamanya mereka masuk Universitas Zurich, tapi karena ada edaran dari pihak Tsar bahwa wanita dilarang kuliah, diam-diam ia menggunakan nama samaran dan kuliah di Universitas Jenewa. Di sanalah mereka bertemu. Apalagi mereka sama-sama aktif di Komunitas Yoke.[2] Setelah menikah mereka sempat tinggal di St. Petersburg, tapi diusir pihak Tsar karena dekat dengan Nikolay Mikhailovsky.[3] Ya sudah, akhirnya mereka balik ke Georgia..." jawab Natela.

"Kenapa aku baru melihatnya kali ini ya?" tanya Soso.

"Ya karena dia lebih banyak di Samptredia. Dia punya sekolah di sana, salah satunya ya sekolah untuk perempuan!"

Soso mengangguk-angguk sambil merasa kagum, "Hebat juga dia ya!"

"Ya itulah, mereka memang pasangan yang sama-sama hebat!" kata Natela.

"Tuan Nikoladze sudah punya anak darinya?"

"Tiga, dua cewek, Rasudan dan Tamar sama cowok satu namanya Giorgi!" jawab Natela.

"Ada yang cakep kayak ibunya nggak?" tanya Soso.

Natela langsung mendelik dan mencubit pinggangnya. Soso tertawa ngakak.

*****

Perjalanan ke Novorossiysk itu adalah kedua kalinya bagi Soso naik kapal laut, setelah sebelumnya ia naik kapal dari Batumi ke Poti, nyaris enam bulan yang lalu saat musim dingin. Bedanya, dulu ia menumpang kapal barang, sekarang yang ditumpanginya adalah kapal penumpang yang begus dan bersih. 

Ada kamar-kamar untuk penumpang lengkap dengan tempat tidurnya. Jika Soso saja yang ditempatkan di kamar dengan enam tempat tidur bersama para pegawai Tuan Nikoladze merasa nyaman, apalagi mungkin kamar yang ditempati oleh Tuan Nikoladze dan istrinya yang cantik itu. Pasti lebih bagus.

Natela sendiri menempati kamar lain, bersama dengan para penumpang perempuan lainnya. Tapi sedari tadi, mereka malah tak menempati kamarnya, lebih banyak ngobrol berdua di dek terbuka di buritan kapal itu.

Perjalanan kali ini juga terasa berbeda bagi Soso, karena ia tak melakukan perjalanan sendiri, melainkan bersama rombongan Tuan Nikoladze, walikota Poti, dan tentu saja lebih menyenangkan karena Natela diizinkan untuk ikut dan menemaninya.

Ia duduk bersisian dengan Natela sambil memandangi Laut Hitam yang makin menghitam di saat malam hari. Hanya terdengar suara mesin uap yang menjadi penggerak kapal itu. Debur ombak yang diterjang kapal juga terdengar sesekali.

"Apa kamu punya seseorang yang istimewa seperti istimewanya Nyonya Guramishvili bagi Tuan Nikoladze?" tanya Natela sambil menyandarkan kepalanya di pundak Soso.

"Enggak..." jawab Soso singkat.

"Wanita seperti apa yang kamu impikan menjadi pendamping hidupmu?" tanya Natela lagi.

"Entahlah..." jawab Soso. "Mungkin seperti Nyonya Guramishvili itu. Cantik, hebat, cerdas!"

"Berarti aku nggak masuk hitungan ya?" Natela meliriknya.

Soso tertawa. "Bukan begitu, kamu juga cantik dan cerdas. Hanya saja aku memang belum berpikir soal itu. Rasanya masih terlalu jauh untuk memikirkannya!" jawab Soso. Soal Natela ia memang jujur, Natela cukup menarik, dan cukup cerdas. Tapi menyebut perempuan yang cantik, hebat, dan cerdas, ia justru malah teringat pada Natasha!

Perempuan itu memang susah sekali diusir dari hatinya. Betapapun ia kecewa dengannya. Semua gambaran ideal tentang perempuan, ada pada dirinya. Sayangnya ya itu, Natasha sudah bersuami.

Jika saja ia membandingkan Natasha dengan Nyonya Guramishvili, soal kecantikannya, Natasha jauh lebih cantik --atau mungkin karena Natasha masih muda. Soal kecerdasan, Natasha juga tak kalah, meski ia tak sekolah setinggi Nyonya Guramishvili yang sampai jadi sarjana biologi. 

Soal sepak terjangnya, mungkin juga sedikit berbeda. Natasha peduli sama buruh yang bekerja di pabrik milik keluarganya, sementara Nyonya Guramishvili melangkah lebih jauh lagi, menjadi pelopor pendidikan di Georgia, bahkan sampai mendirikan sekolah khusus untuk kaum perempuan di Tiflis.[4]

"Kenapa malah bengong sih?" tanya Natela lagi.

"Nggak apa-apa, aku sedang menikmati suasana laut..." jawab Soso, bohong. "Kamu pernah berlayar sebelumnya?"

Natela menggeleng. "Meski aku hidup dekat dengan laut, aku tak pernah pergi naik kapal sejauh ini. Paling hanya naik perahu nelayan, itupun di pinggiran saja, buat main-main dengan teman-temanku!"

"Bukannya suamimu pelaut?"

"Mantan!" jawab Natela dengan sedikit ketus. "Dia memang pelaut, tapi aku tak pernah diajaknya. Lagipula, diajak pun aku nggak bakalan mau ikut!"

"Kapal apa dia?" tanya Soso lagi.

"Sudahlah, aku tak mau membahas soal dia! Gara-gara dia, hidupku tak jelas. Kalau memang dia sudah meninggal atau masih hidup tapi tak mau lagi hidup bersamaku, setidaknya dia mengabariku, agar bisa kuurus perceraiannya!" kata Natela.

"Sori..." kata Soso.

Sudah lah..." kata Natela lagi. "Aku kayaknya mulai ngantuk!"

"Ya sudah, tidur aja dulu sana!"

"Kayaknya asyik kalau kita tidur bersama!" kata Natela.

"Jangan aneh-aneh, nggak enak sama Tuan Nikoladze!"

"Iya, aku tahu!" kata Natela sambil bangkit. "Ya sudah, aku tidur duluan ya!"

Soso mengangguk. Sepeninggal Natela, ia masih saja duduk di situ, sendirian, membiarkan pikirannya mengembara kemana-mana.

*****

Seluruh anggota rombongan sarapan pagi bersama di aula yang cukup besar dalam kapal itu. Soso duduk tak jauh dari Tuan Nikoladze dan istrinya, Nyonya Guramishvili.

"Anak ini disukai oleh Pangeran Ilia!" kata Tuan Nikoladze, menunjuk Soso pada istrinya. "Dia menulis puisi, punya visi tentang Georgia, dan punya kecerdasan yang luar biasa. Kemarin kutugaskan membuat perbandingan tata kota dengan Poti, hasilnya luar biasa. Perjalanan ke Novorossiysk ini juga karena aku melihat ada sesuatu dari pemaparannya yang menarik!"

"Kau sekolah di mana?" tanya Nyonya Guramishvili.

"Seminari Tiflis, Nyonya!" jawab Soso.

"Ooh... bukannya tak menghormati agama, tapi kurasa, anak sepertimu harus melanjutkan ke gymnasium, lalu pergi kuliah di jurusan yang kamu sukai. Entah itu di Swiss, Jerman, atau Rusia pun tak apa!"  katanya lagi.

"Barangkali saya takkan mampu sekolah tinggi seperti itu Nyonya. Sekolah di seminari pun sudah bagus buat saya!" jawab Soso, meski mendengar kata-kata Nyonya Guramishvili itu membuatnya jadi sangat ingin pergi kuliah.

"Tsar tampaknya memang menjebak anak-anak cerdas sepertimu agar hanya mengurusi hal-hal seperti itu, agama, agar tak mengganggu kepentingannya. Sama seperti saat mereka melarangku, kaum perempuan, untuk pergi kuliah dengan alasan yang dibuat-buat!" katanya lagi.

Soso makin terpesona oleh perempuan itu.

*****

BERSAMBUNG: (94) Gerbang Rusia di Laut Hitam

Catatan:

[1] Kota di bagian barat daya Rusia saat ini

[2] Perhimpunan pelajar Georgia yang didirikan oleh Giori Tsereteli dengan tujuan mempelajari doktrin sosialis untuk mendirikan Republik Georgia.

[3] Salah satu pendiri Gerakan Narodnik

[4] Nama Olga Guramishvili kelak diabadikan namanya sebagai nama sebuah jalan di Tiflis (Tbilisi) untuk menghormati jasa-jasanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun