"Kata siapa?" tanya Haji Samud.
"Kata si Darman!" jawab Wak Dulkhamid.
"Fitnah itu. Saya bersumpah, sampai detik ini saya tidak pernah memelihara kambing seumur hidup saya!" kata Haji Samud.
"Lah itu yang di kebon belakang rumah Pak Lurah, bukannya kandang kambing?" tanya Mang Ucup, sebelah Wak Dulkhamid.
"Kata siapa itu kambing? Anak kecil saja bisa bedakan, mana kambing dengan domba!" kata Haji Samud. "Yang saya pelihara itu semuanya domba, domba garut, bukan kambing. Nah bantuan pemerintah itu berbentuk indukan domba, bukan indukan kambing!"
Warga saling melirik dan berbincang dengan sebelahnya. "Berarti kita salah demo dong?" tanya Mang Ocim sebelah Mang Ucup.
"Ya salah lah!" kata Haji Samud. "Kalau mau demo itu yang jelas, jangan fitnah. Jelas-jelas bantuan pemerintah itu domba, kok ditanyai kambing!"
"Gimana ini Darman?" tanya Mang Oong sebelah Mang Ocim.
Darman jadi bingung. "Salah demo. Udah bubar aja!" kata Darman.
Semua yang hadir menggerutu dan mulai membubarkan diri karena kecewa. Ki Kardi masih berdiri di tempatnya. Darman terpaksa mendekatinya. "Ayo pulang Ki, salah demonya, bukan kambing ternyata domba!"
"Jadi nyate domba bukan nyate kambing?" tanya Ki Kardi. Darman mengangguk saja, biar cepat urusannya. "Ya sudah, saya juga males kalo domba mah, sudah sering. Yang belum pernah itu makan sate kambing, bukan domba!"