Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stalin: (56) Pondok Kayu Tepi Laut

22 Januari 2021   20:47 Diperbarui: 23 Januari 2021   22:28 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Alip Yog Kunandar

Episode Awal: (1) Soso

Episode Sebelumnya: (55) Bidadari itu...

*****

Salju mulai turun lagi. "Gawat, bisa kayak kemarin nih..." kata si Mahmoud sambil bangkit dari tempat duduknya di bawah pohon.

"Kau mau kemana?" tanya Soso.

"Aku harus mengumpulkan domba-dombaku dan menggiringnya pulang sebelum jalanan tertutup salju lagi!" jawab anak itu.

Tak tega Soso melihat anak itu menarik-narik domba-dombanya yang tak mau bergerak, entah karena kedinginan atau masih pada pengen merumput. Ia pun bangkit untuk membantunya. Tapi ternyata bukan perkara mudah mengurusi hewan-hewan berbulu putih lebat itu.

"Kenapa kau tidak pelihara babi saja, bikin kandang, kasih makanan sisa. Beres!" kata Soso sambil menarik-narik seekor domba jantan yang berbadan bulat.

"Aku nggak makan babi. Jangankan makan, menyentuhnya pun tak boleh!" kata si Mahmoud. "Lagipula babi tak bisa dipanen bulunya!"

Soso baru ingat, anak itu seorang Muslim, yang entah kenapa dilarang makan babi dan juga minum alkohol. Nyaris seperti orang Yahudi. "Banyak sekali sih larangan agamamu! Daging babi kan enak tau!" goda Soso.

"Cerewet ah, itu bukan urusanku. Kalau dilarang ya dilarang, nggak boleh. Nggak usah banyak nanya.." kata si Mahmoud. "Memangnya agamamu nggak punya larangan?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun