Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stalin: (56) Pondok Kayu Tepi Laut

22 Januari 2021   20:47 Diperbarui: 23 Januari 2021   22:28 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Alip Yog Kunandar

"Seingatku nggak ada kalau soal makanan!" kata Soso. Ia mulai bisa mengendalikan domba jantan itu dan menariknya mendekati kawanannya yang lain. Semuanya ada dua belas ekor.

"Kok seingatmu? Memangnya kamu nggak mempelajari agamamu apa?" tanya si Mahmoud sambil menarik tali-tali dombanya yang sudah terkumpul, menjauhi pohon tempat mereka bernaung tadi. Entah kenapa Soso mengikutinya. Mungkin karena memang ia tak punya kerjaan dan juga nggak tau mau ngapain.

Soso tertawa. Ia tak mau bercerita tentang sekolahnya sekarang. "Kamu mau kemana sekarang?" tanyanya.

"Pulang lah, mengandangkan domba-domba ini, terus cari rumput buat makanannya..." jawabnya.

"Aku ikut ya..." kata Soso.

"Mau ngapain?" tanya si Mahmoud.

"Aku mau ketemu pamanmu, Pak Hameed..."

"Ya sudah, nih pegangin sebagian..." kata si Mahmoud sambil menyerahkan beberapa tali kekang domba-dombanya.

Soso mengikuti anak itu dari belakang, melewati jalur yang tadi dilaluinya, termasuk melewati bangunan besar pabrik pengolahan ikan itu. Di ujung bangunan saat si Mahmoud berbelok ke kiri, seekor domba yang dipegangi Soso terlepas, mabal, menyusul kawanannya yang ditarik si Mahmoud. Soso mengejar domba yang lari itu, tapi sisanya malah lepas semua. Bubar.

.Saat berhasil meraih tali si jantan besar, tangan Soso tertarik ke depan, sementara kakinya terpeleset di atas salju yang mengeras di atas jalanan. Ia pun terjungkal dengan posisi terlentang. Topinya lepas dan terinjak-injak domba-domba nakal itu.

Bukannya menolong, si Mahmoud malah tertawa terpingkal-pingkal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun