Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stalin: (53) Keluarga Doukhobor

19 Januari 2021   18:40 Diperbarui: 20 Januari 2021   20:34 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Alip Yog Kunandar

Lelaki itu diam.

"Bagaimana Bapak mengenal Pak Hameed?" tanya Soso.

"Dulu dia mangkal di Batumi, dan aku sering ke sana untuk menjual hasil pertanian, lalu membeli barang keperluan untuk dibawa ke sini..." jawabnya.

"Bukankah dia berbeda keyakinan dengan Bapak?" tanya Soso lagi.

"Ya, aku tahu, dia Muslim. Tapi dia juga asli Batumi. Dan itu tidak masalah..." jawabnya. "Aku malah lebih kasihan lagi dengan nasibnya. Dia pribumi, tapi nasibnya malang, hanya karena dia minoritas, terus malah jadi menderita di kampung halamannya sendiri. Kalau saja tak ada perjanjian di Konstantinopel antara Rusia dan Otoman, mungkin orang-orang seperti dia juga akan diusir, atau dipaksa ikut agamanya..."

"Apa bedanya dengan Bapak?" tanya Soso.

"Aku kan pada dasarnya orang Rusia, ini bukan kampungku. Jadi kalau terusir ya mau apa lagi?" tanyanya.

"Tapi kan sekarang bagian dari Rusia..." kata Soso.

Pak Sorokoff tertawa. "Itulah lucunya, ketika menjadi pendatang, karena ini bukan bagian dari Rusia, kami hidup nyaman. Tapi setelah menjadi bagian dari Rusia, kami malah tak nyaman..."

"Berarti bukan soal agama kan Pak?"

"Aku sudah tak bisa lagi membedakan soal agama dengan politik sekarang..." katannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun