Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stalin: (53) Keluarga Doukhobor

19 Januari 2021   18:40 Diperbarui: 20 Januari 2021   20:34 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Alip Yog Kunandar

"Semoga kalian suka dengan borscht[1] yang dimasak istriku..." kata Pak Sokoroff. "Tenang saja Pak Hameed, ini borscht dengan daging ikan...." lanjutnya sambil melirik Pak Hameed.

Pak Hameed tersenyum dan mengangguk. "Saya percaya pada Bapak!"

"Sayangnya, kami sedang tak punya smetana.[2] Kalau ada pasti lebih lezat..." kata Pak Sorokoff, "Silakan berdoa masing-masing, saya tidak bisa memimpin doa untuk kalian.."

Soso dan si Vaso hampir saja langsung main sikat kalau nggak denger omongan terakhir Pak Sorokoff. Mereka pun mengambil posisi berdoa. Tapi seperti di seminari sekalipun, Soso tak pernah benar-benar berdoa. Apalagi kali ini, matanya justru malah mengintip tiga orang yang berada di depannya, Vaso, Pak Hameed, dan tuan rumah Pak Sorokoff yang melakukan ritual doa makannya masing-masing. Sebuah pemandangan yang sangat langka!

Kalau saja Pak Yedid yang Yahudi itu ada di situ, pasti lebih menarik lagi, ada orang Doukhobor, Muslim, Orthodoks, dan Yahudi. Bertemu dalam sebuah meja, dan dipersatukan oleh sepanci sup merah!

Tak lama, Pak Sokoroff mempersilakan para tamunya untuk menikmati hidangannya.


Tanpa pikir panjang lagi, Soso dan Vaso segera menyantapnya. Beneran nikmat, apalagi di tengah cuaca sedingin itu. Sup itu berisi potongan daging ikan, kubis, wortel, kentang, tomat, dan warna merahnya yang menyala berasal dari bit merah. Rasanya yang paling dominan adalah asam dan gurih.

*****

Selesai sarapan pagi yang nikmat itu, tentu saja Soso tak bisa langsung mengajak melanjutkan perjalanan. Masak iya SMP, Sudah Makan Pulang. Tapi ia tak ingin melanjutkan obrolan sebelumnya. Terlalu berat. Jadilah mereka hanya mengobrol yang ringan-ringan saja, tentang sup merah menyala tadi terutama.

Akhirnya, Pak Hameed, kusir kereta kuda itu sendiri yang mengajak mereka pamit. Ia berpelukan erat dengan sahabatnya, Pak Sorokoff.

"Sering-sering mampir, kawan. Kami tak tahu berapa lama lagi akan berada di sini..." kata Pak Sorokoff.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun