Mohon tunggu...
Alip Yog Kunandar
Alip Yog Kunandar Mohon Tunggu... Penulis - Bukan Pemikir, Meski Banyak yang Dipikirin

Dosen Ilmu Komunikasi UIN Jogja, yang lebih senang diskusi di warung kopi. Menulis karena hobi, syukur-syukur jadi profesi buat nambah-nambah gizi. Buku: Memahami Propaganda; Metode, Praktik, dan Analisis (Kanisius, 2017) Soon: Hoax dan Dimensi-Dimensi Kebohongan dalam Komunikasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Stalin: (20) Si Tua Ninika

16 Desember 2020   08:08 Diperbarui: 17 Desember 2020   06:07 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
WPAP By Alip Yog Kunandar

“Kau sendiri, ngapain nonton beginian?” tanya lelaki itu.

“Aku mau melihat orang-orang itu digantung..” jawab Soso.

“Kenapa?”

“Karena tidak seharusnya mereka digantung!” jawab Soso. “Orang Rusia membenci mereka, tapi orang sini tidak. Bukan mereka yang merampok orang Rusia, tapi orang Rusia yang merampok mereka lebih dulu…”

“Kata siapa?” tanya lelaki itu sambil tetap tersenyum.

“Kata orang-orang…” jawab Soso polos, “Eh, kau orang Rusia ya?” Soso tiba-tiba menyadari sesuatu, menjelek-jelekan orang Rusia pada orang Rusia sendiri.

Lelaki itu tertawa, “Kenapa? Kan aku bukan orang Rusia yang mereka rampok atau yang merampas harta mereka…”

Soso diam.

“Terus menurutmu bagaimana?” tanya lelaki itu lagi.

“Kalaupun mereka bersalah, tidak layak mereka digantung. Kata guru-guru saya, utang nyawa tidak harus selalu dibayar nyawa, apalagi kalau cuma nyolong sapi…” jawab Soso.

“Siapa namamu?” tanya lelaki itu. Meski enggan, tapi karena lelaki itu cukup ramah, Soso menyebutkan namanya, lengkap dan juga panggilannya. “Terimakasih sudah mengobrol denganku, tapi aku harus mendekat ke sana, eksekusi tampaknya sudah mau dilakukan. Kau, Soso, sebaiknya jangan menonton, itu bukan hiburan!” katanya sambil beranjak meninggalkan Soso menuju lapangan. Soso hanya diam sambil memandangi lelaki itu. Ia tak tahu, kelak nasib akan membawanya bertemu kembali dengan lelaki itu. Ia, dan orang di seluruh dunia, nantinya akan mengenal lelaki itu sebagai Maxim ‘Si Pahit Lidah’ alias Maxim Gorky.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun