Mohon tunggu...
Alipir Budiman
Alipir Budiman Mohon Tunggu... Guru - hanya ingin menuliskannya

Bekerja sebagai pendidik di MTs Negeri 1 Banjar (dahulu namanya MTs Negeri 2 Gambut) Kabupaten Banjar, Kalsel. Prinsip saya: Long Life Education. Gak pandang tuanya, yang penting masih mau belajar, menimba ilmu. Gak peduli siapa gurunya, yang penting bisa memberi manfaat dan kebaikan...

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Investasi Saham: dari Tertipu hingga Bangkit

25 Maret 2020   05:00 Diperbarui: 25 Maret 2020   05:07 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

22 Oktober 2016. Pertama kali saya mengikuti Sekolah Pasar Modal (SPM). Halaman pertama lembaran baru dengan harapan yang juga baru. Ya! Sepertinya saya mendapatkan energi baru setelah mengikuti SPM. 

Seperti seorang tersesat yang menemukan sebuah jembatan yang terbentang luas di tengah belantara hutan lebat. Dan yakin, jembatan itu akan mampu mengeluarkan saya dari belantara hutan.

10 November 2016. Pertama kalinya mengoperasikan aplikasi MOST. Setengah gemetar, karena baru pertama kali memasuki dunia saham. Selama ini hanya mengenal  tabungan dan deposito, kini mulai "menyentuh" sendiri produk investasi saham. 

Masa Kelam

Kata investasi sendiri bagi saya cukup mengkhawatirkan, mungkin sama dengan yang dikhawatirkan banyak orang.  Investasi dalam mindset saya lebih dekat dengan kata "penipuan" dan "rugi". 

Tahun 2008, saya  pernah tertipu 350 juta dengan dua usaha yang berkedok investasi. Investasi usaha berlian, dan satunya lagi investasi saham. Dan kesemuanya hancur.

Keluarga saya kembali ke titik nol, bahkan minus dalam hal finansial, karena masih banyak tagihan bank. Ingin menangis, tapi tidak ada gunanya. 

Saya selalu berusaha menyemangati istri saya untuk cepat melupakan semua kejadian itu, walau saya sendiripun tak pernah bisa melupakannya. Saya juga sangat sedih, keluarga dan teman-teman saya banyak yang tertipu. Kenapa saya percaya waktu itu? 

Karena pemilik usaha tersebut adalah seorang ustadz di sebuah pondok pesantren yang terkenal sukses sebagai pengusaha berlian. Selain itu beliau terkenal dermawan. 

Bayangan saya dengan kata "ustadz", "pondok pesantren", "dermawan", dan "pengusaha berlian",  mempertebal keyakinan saya untuk menitipkan investasi ke perusahaan beliau.

Setelah tertipu investasi abal-abal tersebut,  bila mendengar ada tawaran investasi, misalnya produk emas, dan lain-lain, otak saya selalu negative thinking. Apalagi dengan sales yang penuh semangat mengajak investasi dengan mengiming-imingi banyak profit, semakin membuat jengkel.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun