Mohon tunggu...
Brilliant Dwi I
Brilliant Dwi I Mohon Tunggu... Freelancer - Memuat Opini yang

Mahasiswa Pendidikan UIN Jakarta | Acap membuat komik di Instagram @sampahmasyarakart | Sedang Belajar Menulis | #SalamAlinea

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan; Sebuah Omong Kosong Perubahan!

2 Desember 2019   19:47 Diperbarui: 2 Desember 2019   19:58 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar diambil dari: hipwee

Pertama-tama, adalah sebuah kesenangan tersendiri bagi penulis untuk bisa menyempatkan bercerita dan berbagi opini kembali (dibaca: menulis) disela-sela hiruk pihuk perkuliahan dan lika-likunya, hehehe. For Your Information (FYI), tulisan ini dibuat ketika penulis sedang mengikuti mata-kuliah kimia analitik, sangat tidak nyambung, tapi cukup lenggang untuk membolehkan saya menulis, hahaha.

Yuk, Kita Mulai!

Penulis kira, pembaca sudah punya cukup banyak literatur untuk bisa menjawab baik secara sederhana ataupun kompleks mengenai apa itu pendidikan. 

Dari berbagai macam perspektif, oleh berbeda tokoh inspiratif nan edukatif, atau dari segi geografis baik dalam negeri maupun luar negeri. Pendidikan merupakan sebuah usaha sadar, dimana ia berperan dalam fungsinya untuk mempertajam kecerdasan, memperkukuh kemauan, serta memperhalus perasaan. Yah, setidaknya begitulah apa yang Tan Malaka maksud, dan itu tidak salah. 

Tapi, hal menarik ketika kita berbicara pendidikan ialah bagi penulis pendidikan merupakan sesuatu yang luar biasa merubah, namun sangat amat dinamis. Sehingga jangankan untuk meningkatkan kualitasnya, mencoba mengaitkan (pendidikan) dan mengimbangi perkembangan zaman sahaja sudah pekerjaan besar nan sulit. 

Ada proses yang luar biasa rumit didalamnya, yang tidak hanya melibatkan satu buah kepala untuk bisa selesai, sehingga kemudian pendidikan menjadi sesuatu yang relevan dengan perkembangan dan dinamika tumbuh kembang masyarakat.

Pendidikan Harus Relevan dengan Masyarakat;

Loh, ya memang harus relevan dong?  yang seharusnya jadi pertanyan itu menurut penulis adalah kenapa kita betah melihat pendidikan yang justru memaksa peserta didik menelan mentah-mentah ilmu? Kita bangga paham banyak pengetahuan, namun tak banyak bawa perubahan.

Pendidikan itu dikatakan merubah justru kalau ia relevan. Logika sederhananya, bila pendidikan sudah menjadi sesuatu yang relevan, maka seseorang yang tinggal di daerah pesisir akan menjadikan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ia kuasai untuk mengembangkan bagaimana caranya agar laut punya ekosistem yang sehat sehingga ikan dan biota laut banyak melimpah. Sebaliknya, bila pendidikan menjadi sesuatu yang tak relevan, ia akan menganggap bahwa melaut dan menjadi nelayan adalah pekerjaan kuno dan tidak cocok dengan perkembangan zaman. 

Bagaimana dengan masyarakat kita?

Mari kita jawab sambil tertawa, haha hihi hehe hoho saja ya?

At this point, yang penulis hendak sampaikan adalah bahwa sebenarnya sepenting itu kita untuk sama sama punya urgensi bahwa pendidikan harus menjadi sesuatu yang menyatu dengan masyarakat. Pendidikan harus relevan agar membawa perubahan. Diwaktu yang bersamaan hal itu artinya, pekerjaan mendidik ialah pekerjaan membangun peradaban.

Pendidikan dan Kaitannya dengan Sosial Politik;

Dalam kaitannya dengan pendidikan dan relevansinya, masyarakat indonesia hari ini dan yang akan datang tentu banyak dipengaruhi oleh kondisi sosial politik. Antara dua hal yang penulis baru saja sebutkan, keduanya punya simbiosis yang saling kebergantungan. Politik memerlukan pendidikan dalam penanaman paham dan tujuannya. Sementara pendidikan memerlukan politik untuk menjaga kestabilannya.

Bayangkan bila pemangku kepentingan, hari ini tak melihat kebutuhan masyarakat. Disaat yang bersamaan, bayangkan pula bagaimana cara negara membangun paham nasionalisme apabila masyarakat belum teredukasi.

Ideologi-ideologi yang hari ini berkembang tentu perlu proses pendidikan di dalamnya. Bila kita tarik secara historis, hal yang sama juga dilakukan oleh bangsa Indonesia sejak lama.

Bagaimana era orde lama menggunakan pendidikan sebagai gerakan politis membangun paham anti kolonialisme, orde baru dengan militerisme, dan begitupun dengan paham demokrasi pada era reformasi. Harus kita pahami bersama bahwa penanaman paham politik dalam praktik pendidikan sebagaimana penulis sebutkan, disesuaikan pada kondisi sosial politik saat itu. 

Kalau kita berkaca pada kondisi sosial politik Indonesia hari ini, hmmmmm. Diakhir kalimat, pada akhirnya, selama kondisi sosial politik kita tak stabil, pemangku kepentingan saling pukul, rakyat diadu domba, pendidikan hanya akan menjadi omong kosong perubahan. Apanya yang perubahan kalau kebijakan diambil sepihak karena kepentingan?

Tulisan ini hadir guna meningkatkan kesadaran sosial politik dan kaitannya dengan pendidikan, terkhusus bagi penulis maupun pembaca. Untuk menjadi pendidik yang baik itu memang perlu, tapi ada yang tidak kalah penting; yaitu memastikan bahwa pendidikan adalah unsur yang kepentingannya tidak diganggu-gugat oleh pihak tak bertanggung jawab. Pendidikan dan pemangku kepentingan tak boleh oportunis, pendidikan dalam tataran politik dan kebijakan perlu menjadi sesuatu yang sehat dan progressif.

Ada guru yang kehidupannya harus sejahtera, ada siswa yang masa depannya harus cerah terjaga, ada bangsa yang harus tetap luhur budayanya. Tugas kita bersama, baik pemangku kepentingan atau praktisi pendidikan untuk saling menjaga, mengontrol pendidikan untuk tetap pada jalur dan relevansinya.

Akhir kata,
Salam Alinea.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun