Sungguh, Keyla tampak bingung. Berkali-kali ditatapnya wajah Sang Ibu yang hanya menatap kosong langit-langit kamar. Kembali dicernanya perkataan ayahnya tadi. Apakah Ibu...? Ah, Keyla benar-benar tak sanggup membayangkannya. Segera diletakkannya bubur ayam Mang Dirja di atas meja dekat pembaringan ibu, kemudian naik dan tidur di sebelah Sang Ibu.
***
Pukul tiga sore...
"Bu, bangun, yuk! Kita mandi dulu."
Keyla mengguncang tubuh ringkih ibunya, pelan. Tapi tak ada reaksi apa-apa dari Sang Ibu. Dua kali Keyla melakukan hal yang sama, tetap tak ada reaksi. Makin diguncang tubuh ibunya hanya diam dan tanpa sengaja tangan Keyla menyentuh kaki Sang Ibu...
"Ya, Tuhan. Ibu, Ibuuu...." Keyla menjerit histeris manakala menyadari bahwa Ibu telah pergi untuk selama-lamanya, kembali menghadap Sang PenciptaNya.
***
"Key, Keyla...," panggil sebuah suara.
Keyla pun tersentak dan menoleh ke arah sumber suara. "Kevin...."
"Lu kenapa? Ituuu..., lu abis nangis, ya, Key?" Kevin menunjuk bulir-bulir air mata yang tumpah ruah di kedua pipi gadis tomboi itu.
"Oh, eh...," Keyla tergeragap. Menyentuh kedua pipinya yang basah oleh air mata. Jadi tadi ia...?