Ali Mutaufiq
Puasa adalah salah satu ibadah utama dalam agama Islam yang diwajibkan pada bulan Ramadan. Dalam Al-Qur'an, Allah SWT berfirman:
"Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa." (QS. Al-Baqarah: 183)
Ketakwaan (taqwa) menjadi tujuan utama dari puasa, sebagaimana dinyatakan dalam ayat ini. Dalam kajian Maqashid Syariah (tujuan syariat Islam), puasa tidak hanya berfungsi sebagai ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah, tetapi juga sebagai sarana untuk mencapai berbagai tujuan yang mulia dan universal yang dijaga oleh syariat Islam. Maqashid Syariah terdiri dari lima pokok tujuan yang sangat fundamental bagi kehidupan umat Islam, yaitu: Agama (Din), Nyawa (Nafs), Akal (Aql), Keturunan (Nasl), dan Harta (Mal).
Dalam artikel ini, kita akan membahas bagaimana puasa sebagai ibadah dapat mencapai tujuan-tujuan maqashid syariah ini, serta bagaimana ulama memandang ketakwaan yang dicapai melalui puasa, dengan merujuk pada ayat Al-Qur'an dan hadis-hadis Rasulullah SAW.
1. Puasa dan Agama (Din)
Agama (Din) adalah tujuan pertama dalam Maqashid Syariah yang harus dijaga. Puasa berperan penting dalam memperkuat iman dan hubungan seorang hamba dengan Allah SWT. Melalui puasa, seseorang berlatih untuk mematuhi perintah Allah dengan penuh ketulusan dan pengabdian. Puasa mengajarkan umat Islam untuk meninggalkan hal-hal yang mubah sekalipun---seperti makan dan minum---demi ketaatan kepada Allah. Hal ini memperkuat ketakwaan seseorang terhadap Allah, serta meningkatkan kualitas ibadah yang dilakukannya.
Sebagai contoh, dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW bersabda:
"Puasa adalah perisai. Oleh karena itu, apabila salah seorang di antara kalian berpuasa, hendaklah ia tidak berkata kotor dan tidak melakukan perbuatan jahil. Jika ada orang yang mencacinya atau mengajaknya berkelahi, hendaklah ia berkata, 'Sesungguhnya aku sedang berpuasa.'" (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menunjukkan bahwa puasa bukan hanya tentang menahan lapar dan haus, tetapi juga tentang menjaga diri dari ucapan dan perilaku buruk yang bisa merusak ketakwaan.