Mohon tunggu...
Mukti Ali Bin Syamsuddin Ali
Mukti Ali Bin Syamsuddin Ali Mohon Tunggu... Trainer di OPP

Suaminya Novi, ayahnya Sheikha, domisili di kampung tengah, dekat kampung monyet, Jakarta Timur.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Berwibawanya Polwan Arab di Dubai

17 Agustus 2015   17:44 Diperbarui: 17 Agustus 2015   17:58 813
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

 

Alhamdulillah, selama saya bekerja di Arab, belum pernah saya berurusan dengan polisi, paling juga saya pernah melapor ke polis tentang perbuatan tidak menyenangkan beberapa orang pakistan kepada seorang warga Indonesia, di Dubai kita bisa lapor ke polisi kapan saja, 999 adalah nomor telepon yang bisa kita hubungi, pokokknya kalo kita merasa ada pihak-pihak yang berani kurang ajar langsung aja telepon, Insya Allah, polisi akan segera nyamperin.

Menurut pengalaman saya, polisi Dubai terbagi atas dua kategori, pertama, polisi berseragam, ini gampang kita kenali, mereka punya dua warna seragam, warna hijau untuk yang berpangkat rendah dan warna coklat untuk polisi yang pangkatnya rada lumayan. Kedua, polisi non seragam, ini yang sulit kita deteksi, mereka berpakaian sipil tapi sebenarnya aparat. 

Di antara polisi yang berseragam, ada pula polisi wanita ( Polwan), keberadaan mereka sangat gampang kita temukan, terutama kalo anda adalah pelanggan setia metro Dubai, setiap kali saya menggunakan fasilitas metro, saya selalu melihat penampakan polisi wanita Arab, sebagaimana perempuan Arab kebanyakan, mereka mengenakan busana muslimah, saya belum pernah meliat melihat pistol di pinggang mereka. 

Para polwan Arab di metro Dubai kebanyakan ''nongkrong'' di depan pintu masuk, ada juga yang ''bersembunyi'' di kabin khusus perempuan, kalo ada pejantan yang salah masuk ke kabin ''makhluk halus'' siap-siap aja berhadapan dengan mereka. Badan polwan  yang gede serta tatapan mata yang tajam sanggup membuat pejantan jadi ciut. Buat pejantan yang salah masuk kabin di kenakan denda 100 dirham ( 1 Dirham sama dengan 3600 rupiah) lumayan kan?

Selain di metro kita juga dapat melihat para polwan ini kalo ada acara-acara tertentu di Dubai, misalnya jika ada tamu penting yang berziarah ke kota jadi-jadian ini, seperti pada bulan suci kemarin, masjid dekat rumah saya mengundang imam masjdil Harom, beliau adalah seorang imam yang sangat terkenal. Bacaan qur'annya yang khas telah membuat jatuh hati banyak orang Islam. 

Nama beliau adalah Sheikh As Sudais, mengingat kepopuleran beliau maka sebelum kedatangannya, area di sekitar masjid sudah di sterilkan, polisi ada di mana-mana termasuk di antara polisi itu terdapat polisi Wanita, dan selalu ada polwan yang badannya gede,kurang tahu juga, apakah berat badan tidak menjadi syarat ketika mendaftar menjadi polwan.

Selain badannya gede ternyata suara mereka juga gede, terbukti ketika saya sudah di dalam masjid terdengar teriakan perempuan, ternyata itu adalah suara polwan yang lagi mengatur jamaah perempuan untuk tertib. Seperti yang saya katakan di awal, Sheikh As Sudais adalah sosok yang sangat terkenal di Dubai jadi karuan saja masjid jadi penuh sesak, agak susah juga mengatur jamaah yang membludak.

Tentu tidak semua polwan di Dubai badannya besar-besar, ada pula yang langsing, malah ada yang imut, tapi saya belum pernah melihat polwan Dubai menjadi pembaca acara yang melaporkan kondisi terkini jalan raya. Saya kurang tahu berapa gaji polwan di Dubai, tapi sebagaimana negara teluk lainnya, kebanyakan aparat di Dubai memiliki mobil sendiri. Memang harga mobil lumayan bersahabat di sini, selain itu kita juga bisa membeli dengan kredit. Hanya dengan gaji minimal 3000 Dirham saja kita udah bisa ambil kredit mobil.

kalo ada yang mengatakan di Arab perempuannya rada terkekang, sila maen ke Dubai, di kota ini perempuan Arab bebas kemana aja, mereka juga bekerja di berbagai sektor, ada yang menduduki jabatan tinggi, malah ada yang jadi orang penting di pemerintahan. Menurut saya Uni Emirat Arab memang memberikan ruang buat kaum perempuan untuk mengambil peran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun