Mohon tunggu...
Ali Maksum
Ali Maksum Mohon Tunggu... Guru - Education is the most powerful weapon.

Guru, Aktifis dan Pemerhati pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Penghargaan yang "Membunuh", Sebuah Otokritik

12 Januari 2022   10:02 Diperbarui: 12 Januari 2022   10:06 1766
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

PENGHARGAAN MENGHUKUM.

 Di dalam lingkup sekolah, budaya rangking `rangking` masih kental. Dalam perkembangannya budaya ini lama kelamaan menghilang dengan berbagai kebijakan pemerintah seperti kurikulum K13 yang tidak menonjolkan rangking. Meskipun dalam perkembangannya beberapa orang tua wali murid masih menanyakan dengan pertanyaan, "ranking berapa anak saya?". 

Selain ranking budaya penghargaan ini juga menggeliat dalam lingkup sehari-hari seperti memberikan logo simbolik yang di sematkan kepada setiap siswa, seperti star, bedge atau bahkan sertifikat prestasi. 

Bahkan semnagat meraih sertifikat ini sangat kental di kalangan guru-guru kita karena memang tuntutan profesi atau karena ingin kenaikan pangkat hal ini membawa pengaruh kurang baik seperti yang terjadi di masa pandemi dg bergulirnya sistem webinar. kadang materi webinar tidak diikuti dengan baik atau di ikuti sambil melakukan sesuatu yang lain namun di akhir webinar secara otomatis mendapatkan sertifikat. Lalu bagaimana ilmu yang di dapat?

Kembali kepada maslaah murid di sekolah, Penghargaan yang dianggap istimewa membawa motivasi kesebagian orang dianggap hanya terkonsentrasi kepada  mereka yang berprestasi atau yang biasa meraih prestasi `berlangganan`. 

Untuk itu dalam pembahasan ini memberikan pengetahuan bagaimana penghargaan dalam sisi lain dianggap menjadi hukuman. Misalnya dalam suatu kasus ranking memberikan penghargaan kepada mereka yang unggul dalam nilai dan sikap. 

Ranking 1 merupakan `kesempurnaan` seorang siswa dari berbagai sisi dan untuk itulah dia pantas mendapatkan penghargaan ranking 1 di raport dan berupa sertifikat. 

Jika sebagai seorang guru hanya fokus terhadap siswa yang berprestasi maka pertanyaannya bagimana siswa yang lain? Untuk itulah siswa yang tidak mendapatkan rangking atau yang mendapatkan rangking kedua dan selanjutnya merasa `dihukum`.

Penghargaan dan hukuman adalah hal yang sama, karena keduanya mencoba mengendalikan perilaku seseorang. Apa maksud dari penyataan tersebut. 

Saya masih ingat ketika SD atau mungkin sampai sekarang jika menerima raport ada terselip komentar guru, "Belajarlah yang rajin, tingkatkan lagi prestasimu" atau siswa yang menerima peringkat 1 juga mendapatkan komentar "pertahankan prestasimu" komentar panjang lain sesuai nilai yang di peroleh siswa. 

Dalam satu sisi peraih rangking satu disuruh mempertahankan dan sisi lain yang mendapatkan nilai dibawahnya disuruh untuk meningkatkan. Keduanya adalah sebagai upaya pengendalian perilaku seseorang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun