Mohon tunggu...
Alifyusuf
Alifyusuf Mohon Tunggu... Pedagang

Suka membaca cerpen, suka melihat para pedagang kecil tertawa

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Tangisan Gajah Kecil 'Yuni', Jangan Biarkan Gajah Sumatra Menjadi Makhluk Mitologi

29 September 2025   22:00 Diperbarui: 30 September 2025   07:27 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Memang kita membutuhkan ruang lebih, tapi bukan berarti ruang ketamakan kita harus dituruti. Bukan berarti semua pembatas yang diluar milik kita bisa diterabas. Hidup kita memang penting, tapi sudah diluar hati nurani jika kehidupan lain harus diabaikan untuk kepentingan hidup kita.

Dongeng tentang gajah sangat banyak, dari kita kecil sampai sekarang. Ingatlah, ketika kecil kita mendengar dongeng tentang gajah dari ibu kita, lalu diajak ke kebun binatang untuk menyaksikan gajah secara langsung bahkan memegangnya. Betapa kita merasakan sesuatu yang luar biasa kan? Maka ijinkan agar cucu kita dan generasi mendatang merasakan hal yang luar biasa tersebut ketika bisa menyaksikan secara langsung para gajah hidup mengikuti naluri dan kodratnya di hutan yang dilindungi.

Gajah tidak hanya sekedar mamalia cerdas yang mempunyai empati. Dari beberapa sumber, gajah disebut spesies kunci karena memegang peranan besar dalam keseimbangan ekosistem di hutan. Gajah memakan tanaman dalam jumlah yang banyak. Menurut beberapa penelitian, gajah mampu menyebarkan benih hingga 60 km. Benih akan dikeluarkan bersama kotorannya ketika melewati jalanan hutan. Berarti penyebaran benih akan berkembang jauh dan perataan tanaman di penjuru hutan tercapai. Kotoran gajah adalah pupuk yang sangat bagus dan merupakan makanan bagi kumbang kotoran. Ketika berjalan, gajah mematahkan dahan-dahan yang tinggi sehingga hewan yang lebih kecil mudah mendapatkan makanan. Hal ini menjadi bukti bahwa gajah memegang peran besar dalam kesuburan ekosistem dan menjaga keberlangsungan hidup hewan lain.

Gajah mampu mengidentifikasi sumber air ketika musim kemarau kemudian menggalinya. Entah bagaimana mereka mempunyai insting untuk mengetahui sumber air. Mereka menggunakan kaki, belalai dan gadingnya untuk menggali sungai yang kering. Belalai mereka menyedot air tanah dalam jumlah besar dari lubang yang mereka buat. Setelah kawanan gajah puas meminum air, lubang air tersebut dimanfaatkan oleh binatang lain untuk minum. Gajah memakan tanaman dalam jumlah banyak sehingga pertumbuhan tanaman dapat terkontrol. Jalur migrasi yang dibuat kawanan gajah menjadi jalan setapak yang mudah dilalui.

Mari kita ikuti naluri kita, naluri kita kodratnya baik dan penuhilah itu. Hutan buka sepenuhnya milik kita, ada gajah dan binatang lain yang lebih berhak menempatinya. Mereka diam dan pasrah, tapi teraniaya. Jangan sampai diamnya mereka adalah doa yang langsung dikabulkan. Mereka tak mampu menjerit meminta hak untuk hidup tenang, tapi kita mampu menjadi suara mereka. Kodrat mendasar kita adalah makhluk yang lebih punya empati daripada gajah, maka penuhilah kodrat ini.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun