Mohon tunggu...
alifa rizkiana elfasya
alifa rizkiana elfasya Mohon Tunggu... UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Hi Everyone

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

"Tabola Bale: Dari Ekspresi Lokal ke Panggung Politik Nasional"

16 September 2025   13:10 Diperbarui: 16 September 2025   13:17 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto: newsmaker.tribunnews.com

Pada Rabu, 10 September 2025 merupakan pertemuan kedua mata kuliah Pendidikan Pancasila, bersama bapak Drs. Study Rizal LK,MA. 

Pertemuan ini dilakukan secara daring/online, karena ada acara sosialisasi dari DNK TV yang bentrok jadwalnya dengan kelas Pendidikan Pancasila ini. Namun, semangat dan tanggung jawab kami dan bapak Dosen tidak pernah pudar. Bapak study Rizal memberikan artikel dan berita yang telah ditulis olehnya, dan kami sebagai mahasiswa sangat antusias untuk membacanya.

Beliau memberikan beberapa materi, salah satunya adalah materi yang membahas lagu Tabola Bale yang sedang viral saat ini. Saya memilih materi ini untuk dijadikan bahan resume  karena saya sangat suka dengan vibes yang diberikan lagu ini. Selain itu, lagu ini mengingatkan saya dengan suasana Indonesia yang indah dengan keelokan kekayaan alam dan budaya-nya. Bahkan, lagu tersebut juga dinyanyikan di Istana Merdeka pada tanggal 17 Agustus 2025 yaitu hari memperingati kemerdekaan Indonesia. 

Materi ini membahas lagu Tabola Bale yang awalnya lahir dari ekspresi lokal anak muda NTT dengan lirik sederhana, jenaka, dan segar. Lagu ini bukan hanya tentang cinta, tetapi juga mencerminkan kegembiraan dari keragaman budaya.

Fenomena menarik terjadi ketika Tabola Bale dibawakan di Istana Merdeka pada HUT RI ke-80. Suasana yang biasanya sakral dan penuh protokol berubah cair, hingga Presiden dan pejabat pun ikut berjoget. Peristiwa ini lalu viral di media sosial dan menunjukkan bagaimana budaya populer bisa menjadi bahasa politik: negara menampilkan wajah Indonesia yang bahagia, inklusif, dan penuh energi muda.

Namun, dalam perspektif komunikasi kritis, muncul pertanyaan: apakah simbol kebersamaan ini juga mencerminkan realitas kesejahteraan masyarakat Timur? Lagu ini berhasil membawa identitas lokal ke ruang nasional, tetapi pengakuan simbolik belum tentu diikuti keadilan struktural.

Di era digital, Tabola Bale juga menunjukkan paradoks budaya: viralitas memberi ruang ekspresi, tetapi keuntungan justru lebih banyak mengalir ke platform global dibandingkan kreatornya. Artinya, lagu ini bukan sekadar hiburan, melainkan ruang negosiasi makna---antara kekuasaan negara, masyarakat Timur, dan industri digital.

Kesimpulannya, Tabola Bale adalah bukti bahwa budaya populer tidak netral. Ia bisa menjadi jembatan kebersamaan sekaligus alat legitimasi. Yang penting, kebahagiaan yang dirayakan di istana harus benar-benar hadir nyata dalam kehidupan rakyat, terutama mereka yang suaranya berasal dari pinggiran.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun