Mohon tunggu...
Alief El_Ichwan
Alief El_Ichwan Mohon Tunggu... Administrasi - Jurnalis

mantan wartawanI Penulis LepasI Menulis artikel-cerpen-puisi-perjalan

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menakar Tulisan Afi vs Gilang: Jauh Panggang dari Api

22 Mei 2017   13:40 Diperbarui: 22 Mei 2017   20:30 5821
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sangat menarik, juga menggelitik. Tulisan Afi Nihaya Faradisa yang diberi judul “Warisan” di akun FB-nya. Sehingga akibat tulisan ini, akun miliknya pada hari Rabu 17/5 diblokir pihak pemegang otoritas.

Tulisan “Warisan” ini, kemudian mendapat tanggapan dari Gilang Kazuya Shimura. Tulisan balasan yang diberi judul: Teruntuk dek Afi Nihaya Faradisa. Untuk membahas kedua tulisan itu, saya tak akan meng-copas-nya disini. Toh, pastilah kedua tulisan itu, sudah kita baca. Saya tak hanya membaca berulang-ulang kedua tulisan itu.  Juga menelusuri siapa keduanya lewat akun FB-nya dan sumber  lainnya.

Adalah Afi Nihaya Faradisa sebuah nama di jejaring sosial Facebook, sedang nama pemberian orangtuanya, Wahyudi dan Sumarti adalah Asa Firda Inayah. Lahir di Banyuwangi 23 Juli 1998 dengan menempuh pendidikan SD Negeri 4 Yoso Mulyo, SMP 1 Genteng (RSBI). Dan, dia baru lulus tahun ini.

Afi atau Asa adalah  seorang gadis kutu buku. Kegemaran membaca terutama tulisan pengembangan diri. Sehingga tak heran, dia punya pikiran kritis. Boleh dianggap, melebihi pemikiran teman-teman sebayanya.

Disisi lain, Gilang Kayuza Shimura lahir di Sukabumi. Entah kebetulan atau tidak, dia juga lahir pada bulan Juni pada tanggal 10 tahun 1989. Jadi, keduanya terpaut usia 11 tahun. Dai mengenyam pendidikan di SMA Pesantren Terpadu Hayyatan Thayyiban. Kemudian melanjutkan pendidikan psychology di Dresden, Jerman. Gilang juga bekerja  tour & travel. Dia juga nyambi jadi ownerSchoko Welt. Kelihatan ini perusahaan penjual makanan kecil seperti kue, permen dan coklat dsb.

Bisnis yang dilakukan Gilang ini, dia perlihatkan di foto akun FB-nya. Bahkan, Gilang juga dia nyambi jualan tas, sepatu dan jam dari tempatnya kini belajar, Jerman. Sebagai yang belajar dan sering berpergian ke luar negeri, dia melakukan bisnisnya ibarat sambil menyelam minum air.


Menyimak nama belakangnya di FP, yaitu Kayuza Shimura, Gilang mungkin kesengsem tokoh pembawa acara di televisi Jepang, yaitu Kameshi Kayuza Shimura. Terlihat dari penampilan gaya rambutnya digeraikan di depan dahinya seperti kuda poni.

Dari penulusuran akun FB Gilang, saya menemukan data lain: dia pernah ikut aksi dengan tagar (#) Bela Islam, Bela Agama, Bela Al-Qur’an, Bela Ulama. Entah jilid ke berapa dia ikut. Dia juga memajang di aku FB-nya fotonya saat aksi bersama komedian Kiwil dan Ony Syahrial; penyulih suara film animasi Sinchan.

Selain itu, pada kumpulan foto akun Gilang ada: bendera hitam dan merah putih dengan lafaz “La illaha illallah Muhammadur Rasuullah”. Bendera hitam dengan tulisan falaz syahadat itu, seringkali merujuk pada kelompok yang ingin menegakkan Khilafah di Indonesia.

Lewat data-data ini, sudah bisa diterka: siapa Afi dan siapa Gilang. Terlebih merujuk pada kedua tulisan yang menjadi viral di lini massa. Namun menakar perdebatan ini, nampak ada perbedaan sudut pandang.

Lewat tulisannya, Afi yang merasa gelisah melihat keadaan yang terjadi sekarang di tanah airnya. Artinya, Afi melihat dari kacamata objektif dan secara umum yang terjadi. Sedangkan Gilang melihatnya dari kacamata agama Islam, thok. Sehingga seperti ungkapan pepatah “jauh panggang dari pada api”.  Atau kasarnya “Jaka Sembung bawa golok.”

Dalam tulisannya, Afi sedang mendedah yang terjadi saat ini; yang digaungkan sekelompok yang memposisikan sebagai mayoritas bersikap sentimen terhadap minoritas. Namun bukan semata menuliskan tentang sentimen Islam pada agama yang lain.

Tulisan kegelisahan Afi ini bisa disimak dari: Untungnya, saya belum pernah bersitegang dengan orang-orang yang memiliki warisan berbeda-beda karena saya tahu bahwa mereka juga tidak bisa memilih apa yang akan mereka terima sebagai warisan dari orangtua dan negara.

Sebenarnya, inilah inti dari tulisan Afi “Warisan”. Sehingga tak perlu ditanggapi dengan mengutip berbagai ayat. Sebagai remaja di Banyuwangi, dia belum pernah berselisih dengan kawan-kawannya masalah keberagaman. Remaja dari Kota Banyuwangi itu, dia inginkan  ketentraman, kedamaian di lingkungannya.

Bukan hanya di lingkungan sekitar rumah, sekolah dan kotanya, namun secara luas seluruh Indonesia bahkan juga dunia. Namun kenyataannya, dia tak bisa menghindari dari pusaran gonjang-ganjing yang disajikan di jejaring sosial. Terutama hiruk-pikuk yang terjadi di Ibukota Indonesia, Jakarta saat Pilkada.

Meskipun Afi menegaskan, bahwa tulisannya bukanlah soal Pilkada di Jakarta. Bukanlah masalah Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok; yang dituding menista agama. Namun dalam tulisannya, ingin mengkrisi situasi sekarang ini yang mengusik keberagaman.

Namun soal ini, Gilang membalasnya dengan banal. Betapa tidak? Dia menanggapi bahwa bersitegang masalah SARA disamakan dengan bersitegang masalah kesukaan anak remaja pada artis Korea. Tentu saja, ini sangat berbeda sekali muatannya.

Selain itu,  tulisan Afi tak mengutip-ngutip ayat Al-Qur’an secara eksplisit. Namun kalimat: Tidak ada yang meragukan kekuasaan Tuhan. Jika Dia mau, Dia bisa saja menjadikan kita semua sama. Serupa. Seagama. Sebangsa. Ini merupakan inti dari surah Al-Maidah ayat 48.

Dalam tulisannya, Afi hanya mengutip pendapat Jalaluddin Rumi: "Kebenaran adalah selembar cermin di tangan Tuhan; jatuh dan pecah berkeping-keping. Setiap orang memungut kepingan itu, memperhatikannya, lalu berpikir telah memiliki kebenaran secara utuh."

Sedangkan Gilang dalam balasannya, menunjukkan sejumlah ayat dalam Al-Qur’an. Seperti Al-Baqarah ayat 2, Yunus ayat 37-38, Al-baqarah ayat 256. Tak cukup hanya ayat-ayat, juga Gilang memberikan ulasannya dengan perumpamaan seperti: balita yang gak bisa bedain mana kacang mana kecoak, wong iklan detergen aja bilang produk mereka yang terbaik, ? Gak ada beda nya dek sama petugas warnet yang disuruh pemilik warnet untuk melabeli tingkat pendidikan dari seragam yang dipakai, gak lebih. Tapi apa dengan itu si petugas langsung merasa jadi pemilik warnet? Nggak kan.

Melihat  tulisan keduanya, Afi lebih fasih dalam menulis. Selain runtut dalam bertata bahasa Indonesia, juga memahami seluk- beluk kaidah dalam penulisan. Namun berbeda dengan Gilang, dia tak begitu terampil dalam menulis.

Lihat saja pada penempatan akhiran “nya” penulisannya selalu dipisahkan. Padahal "-nya" sebagai kata ganti yang menyatakan kepemilikan; yang digabungkan dengan kata dasar tapi tidak mengubah arti kata dasar. 

Selain itu, bahasa yang digunakan Gilang, terlihat remaja banget,padahal dia sudah melewati fase itu. Barangkali dengan gaya bahasa seperti itu, Gilang ingin merendahkan posisi Afi; yang usianya dan pendidikannya jauh di bawah dia. Bahkan Gilang menganggap dia lebih cerdas. Seperti yang ditulisnya: sejauh mana akal pikiran kita dipakai buat mencari kebenaran yang paling benar, bukan kebenaran atas dasar pingin tenar.

Padahal masalah “kebenaran” tak dapat seorang pun dapat menguasai haknya sebagai paling benar. Justru inilah yang sedang digugat Afi lewat tulisannya “Warisan” seperti nukilan dari penyair sufi Jallauddin Rumi. Bahkan Afi membantah, bahwa dia menulis karena ingin tenar, namun dia ingin mengkritisi dan membagikan pemikirannya.

Bahkan quote Gilang dari Abdullah bin Mas'ud: "Ilmu itu bukanlah sebuah kemahiran dalam berkata-kata, tetapi ilmu itu (menimbulkan) taqwa kepada Tuhan", memperlihatkan kepongahannya. Bahwa Gilang menganggap lebih taqwa ketimbang Afi. Justru siapapun akan menilai, bahwa ketakwaan Afi diperlihatkan dengan kecederdasan melalui tulisannya yang luar biasa. Dan, bukan dengan ikut aksi-aksi demo dari ajakan pemikiran yang tak cerdas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun