Â
Konsep ecoteologi merujuk pada pemahaman teologi yang menyoroti hubungan antara agama dan lingkungan. Dalam konteks Islam, ecoteologi menekankan pentingnya menjaga kelestarian alam sebagai bagian dari ajaran agama. Terlebih al Quran menyebut  manusia sebagai khalifah (pengemban amanah) di muka bumi. Hal ini mempertegas relasi manusia dengan bumi, tentang bagaimana manusia berkewajiban untuk memeliharanya.Bagian dari upaya pemeliharaan bumi, memberikan kesadaran bersama dengan aneka dan sasaran. Diantara objek penyadaran akan relasi keyakinan (teologi) dengan alam ialah  majelis taklim.
Majelis taklim, sebagai institusi pendidikan non-formal, berperan penting dalam penyebaran ajaran Islam. Memiliki potensi besar untuk menjadi basis pengembangan dan implementasi ecoteologi.
Ranah Terapan Ecoteologi.
Majelis taklim, dengan jangkauan jamaah yang luas dan beragam, terutama di kalangan perempuan, menawarkan platform yang strategis untuk menanamkan kesadaran lingkungan berdasarkan nilai-nilai Islam. Beberapa alasan mengapa majelis taklim relevan adalah Sejak awal majelis taklim  menjadi tempat penyampaian ajaran agama. Majelis taklim secara rutin membahas ajaran Al-Qur'an dan Hadis. Konsep-konsep seperti tauhid (keesaan Allah), amanah (kepercayaan), mizan (keseimbangan), dan maslahah (kemaslahatan umum) dapat diintegrasikan ke dalam materi pengajian untuk membangun kesadaran akan tanggung jawab terhadap lingkungan. Hal ini menjadi peluang bagi konsep Ecoteologi untuk disampaikan pada ranah majelis taklim. Penyampaian materi yang varian dan terjadwal menjadi daya ketertarikan sendiri bagi anggotanya.
Eksplorasi dan elaborasi ayat, hadits yang berhubungan dengan tema Ecoteologi menjadi bahasan penting dalam sesi penyampaian materi nya.
Pendidikan Komunitas Berkelanjutan dan Relevansi Lokal.
Tak dapat dipungkiri bila majelis taklim adalah wadah pembelajaran sepanjang hayat. Ini memungkinkan pesan-pesan ecoteologi disampaikan secara berulang dan mendalam, sehingga membentuk perilaku yang berkelanjutan dalam jangka panjang. Majelis Taklim pada umumnya diikuti oleh warga masyarakat usia keluarga dan lanjut. Mereka tumbuh dalam warga rukun tetangga dan komunitas, siap berkolaborasi untuk menjadi objek kesadaran Ecoteologi.
Kelebihan lain dari jamaah majelis taklim seringkali memiliki ikatan sosial yang kuat. Ini memudahkan mobilisasi untuk kegiatan lingkungan nyata, seperti pengelolaan sampah, penghijauan, atau kampanye hemat energi. Â Materi materi tersebut memungkinkan bagi anggota majelis taklim untuk mencecap dan menyerap dan menyesuaikan materi ecoteologi dengan isu-isu lingkungan lokal yang dihadapi komunitas mereka. Sehingga ajaran menjadi lebih kontekstual dan berdampak langsung.Â
kekuatan lain yang dimiliki oleh majelis taklim adalah anggotanya yang mayoritas kkaum haws. Mereka seringkali menjadi pengambil keputusan utama dalam rumah tangga dan komunitas. Edukasi ecoteologi kepada mereka dapat membawa perubahan signifikan dalam praktik sehari-hari, seperti pengelolaan limbah rumah tangga. Hal ini memungkinkan bagi mereka untuk dijadikan sebagai agen perubahan sosial di lingkungan sekitarnya.