Mawaddah secara bahasa bermakna cinta kasih. Berbeda dengan sakinah cinta mawaddah lebih cenderung kepada fisik. Artinya objek cinta mawaddah mengandalkan bodi, tubuh. Tampan, cantik, tubuh yang menarik, senyum menawan serta segala sesuatu yang terkait dengan fisik adalah masuk dalam definisi mawaddah ini. Manusiawi bilamana seseorang pada saat permulaan tertarik kepada seseorang akan fisik orang itu. Hampir semua manusia merasakan hal ini.
Bagi seorang perempuan fisik menjadi daya tarik untuk mengikat calon suami agar seseorang mendekat kepadanya. Ini adalah sesuatu yang wajar. Ini membuktikan bahwa manusia adalah bukan makhluk spiritual ansich tetapi terdapat unsur materi sebagai bagian dari kriteria yang sebagaimana didefinisikan oleh sahabat yaitu khayawanu al-nathiq, hewan yang dapat berbicara dan berfikir.
Terkait dengan mawaddah dalam sebuah keluarga bahwa disamping secara spiritiual terpenuhi, tetapi juga memperhatikan  kondisi fisik agar senantiasa memikat pasangan masing masing. Makanan, asupan gizi yang cukup dan seimbang menjadi prioritas yang perlu diperhatikan. Bila nabi pernah bersabda nikahilah wanita yang subur, maka disinilah kesuburan itu salah satunya  didukung oleh fisik yang mumpuni dalam proses pembuahan spermatozoa dan ovum. Dan sudah barang tentu tidak akan diperoleh oleh mereka yang secara fisik telah renta kecuali Allah berkehendak lain.
Menarik diketahui bahwasannya anugrah ilahi berupa mawaddah  dan rahmah ini hanya dikhususkan kepada manusia. Perkawinan makhluk lain seperti binatang dan tumbuh tumbuhan, semata-mata bertujuan untuk menjamin keberlangsungan perkembangbiakan mereka.  Jadi penekanan perkawinan makhluk lain hanya untuk berkembang biak. Sedangkan perkawinan pada manusia , untuk mewujudkan rahmah yang hakikinya adalah untuk mendapatkan keridaan Allah SWT. Rahmah dan ridho merupakan dua hakikat tujuan abadi dalam pernikahan. Pernikahan yang dilandasi rasa rahmah senantiasa langgeng meski ragam godaan menimpa. Gemerlapnya dunia, cantik dan tampannya yang datang silih berganti hinggap didepan mata tetap tak bergeming untuk condong kepada mereka. Hati tetap pada pasangan yang diikat dengan kalimat Allah yang dibumbuhi dengan istighfar dan syahadat  yang dulu diucapkannya sewaktu akad nikah berlangsung. Rahmah merupakan rasa mendahulukan kesenangan pasangan. Jauh dari kepentingan pribadi, privasi terlebih ego diri. Rahmah adalah saling memberikan ketenangan pada semua anggota keluarga. Tiada diskriminasi, aneksasi terlebih aneksasi rimbawi. Ia demikian teduh dan sejuk dikala memberikan kebahagiaan bagi seluruh anggota keluarganya.
Rahmah adalah sifat Allah SWT yang menitis kepada mereka yang senantiasa berusaha untuk menggapainya. Rahmah bukan hanya diam melekat pada seseorang tetapi diusahakan untuk senantiasa dimilikinya. Tumbuhnya sifat ini dalam keluarga ketika perjalanan memasuki usia senja. Usia dimana pengalaman hidup dan perjalanan spiritual seseorang telah melewati ragam gelombang ujian. Ada titik tertentu dalam perjalanan hidupnya yang memandang materi sebagai suatu yang fana. Sedang suatu yang dibalik itu sebagai suatu yang konkrit. Mencapainya perlu alat transportasi. Kendaraan itu diantarnya ialah sifat rahmah.
Manusia adalah makhluk yang didesain secara unik. Disamping fisik juga melekat alam fikir serta perangkat pendukung lain yang bernama hati. Kolaborasi ketiganya bila difungsikan secara optimal mendapatkan predikat yang muttaqin. Termasuk media untuk mencapai derajat itu ialah keluarga.
* Pegawai KUA Kecamatan di Lumajang dan penulis buku "Masjid Tematik; Panduan Praktis Memakmurkan Masjid Berkesan".
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI