Kebebasan Ruhani: Pembebasan Jiwa dari Belenggu Duniawi
Oleh: Ali Akbar Harahap, S.Kom., M.Sos.
Di tengah dunia modern yang sarat dengan kompetisi, ambisi material, dan pencitraan sosial, manusia kerap menafsirkan kebebasan sebagai kemampuan untuk bertindak tanpa batas. Namun, dalam pandangan para arif dan sufi, kebebasan sejati bukanlah kebebasan lahiriah, melainkan kebebasan
 ruhani - pembebasan batin dari hawa nafsu, ego, dan ketergantungan pada hal-hal fana.
Kebebasan Ruhani dalam Perspektif Sufi
Menurut Imam Al-Ghazali dalam Ihya' Ulumuddin, kebebasan sejati hanya lahir dari tazkiyah al-nafs (penyucian jiwa). Ia menulis:
 " "
"Hati yang telah dipenuhi cinta dunia tidak lagi memiliki ruang untuk cinta Allah."
Pesan ini mengandung makna mendalam: seseorang baru benar-benar merdeka ketika hatinya lepas dari dominasi syahwat dan hasrat rendah yang memperbudak dirinya sendiri.
Ibn 'Arabi, dalam Futuhat al-Makkiyah, memandang kebebasan ruhani sebagai proses "pengenalan diri yang sejati." Baginya,
"Man 'arafa nafsahu faqad 'arafa rabbahu" Â Barang siapa mengenal dirinya, ia mengenal Tuhannya.