Mohon tunggu...
ALI AKBAR HARAHAP
ALI AKBAR HARAHAP Mohon Tunggu... Kader HMI

Buat video youtube

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ishlah sebagai Jalan Takwa: Membaca Ulang Makna Persaudaraan Seiman dalam Islam

13 Oktober 2025   16:52 Diperbarui: 13 Oktober 2025   16:52 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

(HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

Hadis ini menunjukkan bahwa perdamaian sosial memiliki posisi spiritual yang tinggi, bahkan melebihi ibadah ritual dalam konteks kemaslahatan umat.

Konsep Islah dalam Perspektif Sosiologi Islam

Secara etimologis, kata ishlah berasal dari akar kata alah yang berarti memperbaiki atau mengembalikan sesuatu pada keadaan yang baik. Dalam tafsir Al-Maraghi, ishlah diartikan sebagai "upaya menciptakan harmoni sosial melalui penyatuan hati dan penghapusan dendam."

Dari perspektif sosiologi Islam, ishlah menjadi fondasi bagi pembentukan ummah yang solid. Al-Ghazali menilai bahwa perpecahan di antara kaum Muslim merupakan bentuk kemunduran akhlak yang hanya dapat disembuhkan dengan keikhlasan dan keadilan. Ibn Taymiyyah menambahkan bahwa seorang Muslim wajib mendamaikan saudaranya "meski harus mengorbankan sebagian hak pribadi demi kemaslahatan yang lebih besar."

Konteks Modern: Islah Digital dan Etika Komunikasi

Pada era digital, perselisihan di antara sesama Muslim sering kali muncul melalui media sosial, bukan lagi perdebatan langsung. Perbedaan pandangan politik, mazhab, maupun tafsir keagamaan kerap menimbulkan ujaran kebencian yang memperlemah solidaritas umat.

Dalam konteks ini, prinsip ishlah harus diterapkan dalam bentuk etika komunikasi digital. Umat Islam perlu menghidupkan kembali ajaran Al-Qur'an tentang berbicara dengan qaulan ma'rufan (ucapan yang baik), qaulan sadidan (ucapan yang benar), dan qaulan layyinan (ucapan yang lembut). Dengan begitu, media sosial dapat berfungsi sebagai ruang dakwah dan silaturahmi, bukan arena permusuhan.

Dimensi Takwa dalam Proses Perdamaian

Frasa "wa-ttaqullha la'allakum turamn" (dan bertakwalah kepada Allah agar kamu dirahmati) dalam QS. Al-Hujurt:10 menegaskan bahwa keberhasilan mendamaikan pihak yang bertikai tidak hanya bergantung pada kemampuan komunikasi, tetapi pada ketulusan hati. Takwa menjadi kekuatan moral yang menahan ego, amarah, dan kecenderungan menyalahkan pihak lain.

Menurut Fazlur Rahman, takwa bukan hanya kesalehan pribadi, melainkan kesadaran etis untuk membangun masyarakat yang berkeadilan. Maka, pendamai sejati bukan hanya seseorang yang mampu menenangkan konflik, tetapi juga yang memelihara keadilan dan keikhlasan dalam setiap langkahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun