(QS. Adz-Dzariyat [51]:20 - 21)
Ayat ini menegaskan bahwa tanda-tanda Tuhan tidak hanya terbentang di langit dan bumi, tetapi juga tersimpan dalam diri manusia. Karenanya, semiotika Islam adalah upaya membaca diri dan alam dengan panduan wahyu.
Semiotika Sosial dalam Islam
Dalam perspektif sosial, semiotika Islam dapat digunakan untuk membaca fenomena budaya dan politik sebagai manifestasi nilai tauhid atau penyimpangannya.
Simbol-simbol modern seperti kemewahan, gaya hidup konsumtif, hingga ekspresi politik identitas bisa dimaknai sebagai tanda-tanda perubahan nilai masyarakat.
Tugas intelektual Muslim bukan sekadar mengamati tanda, tetapi mengembalikan maknanya kepada pusat nilai ilahiah. Di sinilah konsep ta'wil (penyingkapan makna batin) menjadi penting  bukan sekadar tafsir literal, melainkan pencarian makna spiritual di balik simbol.
Kesimpulan
Semiotika Islam mengajarkan bahwa kehidupan adalah ruang penuh makna yang dipenuhi tanda-tanda Tuhan. Membaca tanda berarti menafsirkan dunia dengan panduan wahyu dan kesadaran spiritual.
Jika semiotika Barat berakhir pada dekonstruksi makna, maka semiotika Islam berujung pada rekonstruksi makna menuju Tuhan.
Dalam dunia modern yang sarat simbol palsu dan makna terpecah, semiotika Islam hadir untuk mengingatkan manusia agar kembali membaca tanda-tanda Ilahi di balik segala peristiwa kehidupan.
Daftar Pustaka