Mohon tunggu...
Alfrid
Alfrid Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Media Sosial sebagai Sarana Penyebaran Hoaks dan Pengaruhnya terhadap Integrasi Nasional

8 Juli 2022   14:40 Diperbarui: 8 Juli 2022   14:42 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Interaksi antar pemakai media sosial menyebabkan munculnya konten hoaks di media sosial. Dengan sifat interakifnya, media sosial dengan mudahnya mendorong seseorang untuk mengedarkan berita bohong (Nasrullah, dikutip dalam Febriansyah et al, 2021). Hanya dengan menekan “Enter” atau “Kirim, Anda dapat dengan mudah dan cepat mengedarkan informasi yang bisa diakses oleh semua orang.

4. Konten oleh Pengguna 

Karakter media sosial ini berkontribusi paling besar terhadap peredaran konten hoaks di media sosial. Semua pemakai dapat membuat pesan atau konten informasi mereka sendiri yang akan diberikan lewat media sosial. Keintegritasan suatu informasi tidak diperhatikan oleh lingkungan media digital. Jika suatu informasi ditampilkan secara online, siapa pun dapat mengubahnya dengan bebas. Ketika informasi berubah, itu terdistorsi dan lebih mungkin menjadi hoaks.

5. Penyebaran

Informasi yang mungkin merupakan berita palsu akan bisa didistribusikan melalui fitur “berbagi” di media sosial. Hal ini menyebabkan semakin maraknya peredaran konten hoaks di media sosial. Kemampuan untuk berbagi (menyebarkan) melalui media sosial bias dikatakan sangat simpel dan nyaman serta kemudahan akses ke banyak kelompok masyarakat.

Hoaks dan Ancaman terhadap Integrasi Nasional 

Penyebaran berita bohong secara besar-besaran menimbulkan kerugian dan peredaran berita bohong seringkali disertai dengan hatespeech, yang dapat mengancam keutuhan bangsa Indonesia. Karyono Wibowo, Direktur Eksekutif Indonesian Public Institute, mengatakan bahwa dalam jangka panjang, hoaks dapat menimbulkan trust issues, ekstrimnya polarisasi dalam masyarakat, perpecahan hubungan sosial, merusak harmoni dan rasa persatuan, menyebabkan konflik sosial, dan akhirnya integrasi nasional runtuh.

Para ahli mengatakan bahwa peran penting dalam terbentuknya polarisasi adalah hokas dan misinformasi, terutama saat pemilu. Contohnya, beberapa politikus Indonesia telah menyatakan keprihatinan bahwa pemilihan presiden 2019 terdapat campur tangan propaganda (Nadzir, dikutip dalam Febriansyah et al, 2021). Keadaan masyarakat Indonesia saat ini sudah terpolarisasi pasca Pilpres 2014 dan Pilpres 2019 (pendukung pemerintah dan lawan pemerintah), menyebabkan ekstrimnya polarisasi yang terjadi di dalam masyarakat dan berakir pada runtuhnya negara, serta ketidakadilan hukum terhadap kasus-kasus hoaks yang terjadi di Indonesia. Misalnya, hoaks oleh oposisi pemerintah ditangani dengan  sangat cepat  dan ditindaklanjuti, tetapi hoaks oleh pendukung pemerintah memiliki kecenderungan proses hukum yang sangat lambat, bahkan stagnan. Hal-hal tersebut meningkatkan ketegangan perpecahan sosial, yang dapat menyebabkan konflik sosial, serta runtuhnya bangsa dan negara Indonesia.

Pentingnya Literasi Digital Masyarakat dan Solusi Pemberantasn Hoaks

Terdapat dua sebab yang membuat orang langsung percaya dengan hoaks. Pertama, jika pendapat atau sikap seseorang sesuai dengan informasi yang beredar. Jika seseorang tertarik pada orang lain, kelompok, produk tertentu, atau kebijakan, dia akan menerima semua informasi tentang itu. Bahkan jika informasi itu tidak benar, mereka tetap menerimanya tanpa menanyakan kebenaran informasi tersebut. Kedua, banyak masyarakat memiliki keterbatasan pengetahuan terhadap informasi yang diterimanya (literasi) dan enggan mengecek kebenaran pesan yang diperoleh melalui media sosial atau literasi digital (Respati, dikutip dalam Febriansyah et al, 2021).

Literasi digital sangat penting bagi masyarakat karena banyaknya hoaks yang bertebaran di media sosial. Mengingat masyarakat umum merupakan pengatur utama peredaran berita palsu, upaya untuk memprediksi penyebaran berita palsu tidak cukup tanpa kesadaran masyarakat yang melek digital. Literasi digital menjadi aspek yang sangat penting untuk penggunaan media sosial secara bijak. Literasi digital jangan sampai terabaikan karena peredaran informasi yang sangat cepat dan jumlah pengakses yang sangat banyak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun