Akhirnya, Kucing Kemeja diusir ke Gang Tikus, tempat kucing dan tikus hidup berdampingan dalam ketidakpastian. Sebelum pergi, ia meninggalkan pesan bijak, "Jangan lupa, kekuasaan itu ilusi. Asal pintar rebranding, kucing kampung pun bisa jadi macan!" Di kejauhan, seekor anjing peliharaan muncul kembali dengan dasi kupu-kupu lagi, mengaku sebagai Serigala Metropolitan. Ia mengajak teman-teman kucing bergabung dalam proyek baru: membangun kandang emas dan jalan aspal dari cerita yang sama.
Kucing-kucing yang sebelumnya skeptis mulai terpengaruh. Mereka berbisik, "Duh, dasinya bagus. Mungkin ini serigala betulan..." Sementara Kucing Kemeja tersenyum sendiri, scroll media sosial, dan berpikir, "Besok-besok, aku mau jadi influencer babi. Pasti laku!" Di tengah kekacauan dan kebohongan yang terus berputar, roda kekuasaan tetap berputar. Kucing jadi macan, anjing jadi serigala, tikus jadi menteri ekonomi.
Tapi satu hal yang tak pernah berubah: yang naik tahta selalu yang paling pandai berdasi, meski aslinya cuma kampung. Di balik semua kedok, mereka tetap sama, hanya berbeda dasi dan durian yang mereka jual. Dan kisah ini, meski absurd, mengingatkan kita bahwa kekuasaan dan citra palsu bisa dibuat seindah mungkin, tapi kenyataan selalu mengintip di balik tirai.
Dan begitulah, di sudut gang kecil itu, cerita tentang Dasi dan Durian, perjalanan si kucing berdasi menuju tahta berakhir, namun pesan moralnya tetap melekat: Jangan percaya sepenuhnya pada topeng yang mempesona, karena di baliknya, kadang ada cerita yang jauh dari kenyataan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI