Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama. I Seorang guru di SMP PIRI, SMA dan SMK Perhotelan dan SMK Kesehatan. I Ia juga seorang Editor, Penulis dan Pengelola Penerbit Bajawa Press. I Melayani konsultasi penulisan buku. I Pemenang III Blog Competition kerjasama Kompasiana dengan Badan Bank Tanah

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Membaca Bacaan Suci di Pagi Hari: Ritual Sederhana yang Mengubah Hati, Pikiran, dan Sekolah

17 September 2025   12:46 Diperbarui: 17 September 2025   12:46 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(olahan GemAIBot, dokpri)

Yang sering dilupakan: kegiatan ini juga bisa jadi jembatan toleransi.

Bayangkan satu kelas, ada siswa Muslim dan Kristen. Mereka duduk berdampingan. Masing-masing membaca bacaan sucinya. Tidak ada paksaan. Tidak ada perdebatan. Hanya keheningan yang penuh makna. Lalu, setelah bacaan, guru memimpin refleksi singkat: "Apa nilai kebaikan yang kamu temukan hari ini?" dan semua boleh menjawab, tanpa memandang agama.

Inilah pendidikan inklusif yang sesungguhnya. Bukan dengan menghapus perbedaan, tapi dengan menghargainya. Bukan dengan memaksa seragam, tapi dengan merayakan keberagaman.

"Kita tidak harus sama untuk saling menghargai. Kita hanya perlu sama-sama belajar menghargai."

Dan dari sinilah lahir iklim sekolah yang damai tempat di mana setiap anak merasa aman, diterima, dan dihargai apa adanya.

Kebiasaan Kecil, Dampak Seumur Hidup

Hal paling ajaib dari kebiasaan ini? Ia tidak berhenti di gerbang sekolah.

Siswa yang terbiasa membaca bacaan suci di pagi hari cenderung membawanya ke rumah. Lalu ke kampus. Lalu ke tempat kerja. Lalu ke keluarga mereka kelak. Ini bukan sekadar kebiasaan , ini warisan.

Rasulullah SAW bersabda: "Sebaik-baik manusia adalah yang belajar Al-Qur'an dan mengajarkannya."
Alkitab menulis: "Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu." (Amsal 22:6)

Kita sedang menanam benih. Hari ini mungkin belum kelihatan. Tapi suatu hari nanti, benih itu akan tumbuh menjadi pohon rindang tempat banyak orang berteduh.

Tips Praktis untuk Guru dan Sekolah

Agar kegiatan ini tidak jadi rutinitas mati atau tanpa makna melainkan menjadi pengalaman hidup yang bermakna, ada beberapa tips yang bisa dilakukan:

  1. Jangan terburu-buru. Beri waktu 10--15 menit. Biarkan siswa benar-benar tenggelam dalam bacaan.
  2. Buat suasana nyaman. Jika memungkinkan dan dalam kelas: redupkan lampu, putar musik instrumental lembut, atau ajak siswa duduk melingkar.
  3. Ajak refleksi singkat. "Apa pesan yang kamu dapat hari ini?": cukup satu pertanyaan, tapi bisa membangkitkan kesadaran.
  4. Hindari paksaan. Biarkan siswa memilih ayat atau cerita yang mereka sukai. Keterlibatan emosional lebih penting daripada target hafalan.
  5. Libatkan orang tua. Kirim pesan singkat: "Hari ini kami membaca Surat Al-Fatihah / Mazmur 23. Boleh dilanjutkan di rumah?"
  6. Evaluasi dengan hati. Jangan hanya lihat "apakah semua hadir?", tapi "apakah mereka lebih tenang? Lebih fokus? Lebih ramah?"

Penutup: Pintu Gerbang Menuju Generasi Emas

Membaca bacaan suci di pagi hari bukan ritual kuno yang ketinggalan zaman. Ia adalah strategi modern untuk menghadapi tantangan zaman di mana anak-anak hidup dalam tekanan tinggi, distraksi digital, dan krisis identitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun