Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama. I Seorang guru di SMP PIRI, SMA dan SMK Perhotelan dan SMK Kesehatan. I Ia juga seorang Editor, Penulis dan Pengelola Penerbit Bajawa Press. I Melayani konsultasi penulisan buku. I Pemenang III Blog Competition kerjasama Kompasiana dengan Badan Bank Tanah

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

[humorpolitik] Kalau Gak Sanggup Jadi Pejabat, Serahkan Mandatnya!

4 September 2025   11:01 Diperbarui: 4 September 2025   11:01 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(olahan GrokAI.dokpri)

Kalau Gak Sanggup Jadi Pejabat, Serahkan Mandatnya!

Baru-baru ini, kita dihibur lagi oleh stand-up comedy ala pejabat publik. Bukan di panggung, tapi di podium. Bukan di Netflix, tapi di YouTube. Dan bukan karena lucu, tapi karena ngawurnya bikin nangis tertawa.

Mulai dari Menteri Agama yang bilang guru harus "suci di langit, suci di bumi", sampai pejabat lain yang nasehatin rakyat: "Mau kabur, kabur sajalah. Kalau perlu jangan balik lagi." Wah, kayak lagi unfollow mantan aja, Bang. "Bye, jangan balik!"

Lalu ada yang bilang ancaman teror ke wartawan: "Ya udah, dimasak aja." Waduh, jadi bingung, ini pemerintah mau lindungi wartawan atau buka warung sate?

Dan yang paling ikonik? Sang Presiden pernah berkata: "Ndasmu!" di tengah pidato. Warga langsung pada nunduk. Bukan karena hormat, tapi takut kena headshot.

Pejabat vs. Diksi: Perang Batin yang Gak Ada Akhirnya

Kalau dilihat dari jauh, pejabat kita kayak superhero. Pakai dasi, bawa mic, pidato di depan bendera. Tapi kalau dengerin omongannya? Kayak anak kos yang habis kena tagihan listrik padahal gaji belum turun.

Mereka punya gelar, punya tim komunikasi, bahkan mungkin ada ahli pidato bayaran. Tapi tetap aja, ngomongnya seperti nggak pakai filter. Seolah-olah mikrofon itu bukan alat komunikasi, tapi mic test sebelum nyanyi dangdut di warung kopi.

"Kalau enggak sanggup, lebih baik serahkan mandatnya," kata si Menteri.
Warga: "Kalau Bapak enggak sanggup ngomong sopan, serahkan mic-nya dong!"

Bayangkan kalau guru balas begini:
"Kalau Bapak enggak sanggup jadi manusia biasa, lebih baik serahkan jabatannya. Soalnya 'suci di langit' itu kerjaannya malaikat, bukan menteri."

Empati? Apa Enaknya?

Kita paham, jadi pejabat itu berat. Harus mikir kebijakan, hadapi krisis, dan tentunya... selfie dengan rakyat. Tapi kalau soal empati, kayaknya banyak yang lupa bawa dari rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun