Wakil Menteri bilang: "Mau kabur, kabur sajalah."
Warga: "Iya, mau kabur ke Singapura, kerja jadi tukang bersihin toilet. Gajinya lebih gede dari honorer di sini."
Kita bukan minta pejabat jadi motivator atau psikolog. Tapi minimal, jangan ngomong seolah-olah rakyat itu sampah yang bisa dibuang begitu saja. Kita ini bukan user interface yang bisa di-restart kalau error. Kita manusia, punya perasaan, punya harga diri, dan punya emoticon marah di WhatsApp.
Kalau Emosi, Jangan ke Rakyat, Marah ke Tim Komunikasi!
Sering kali, pejabat marah ke kritik, padahal yang salah mungkin tim penulis pidatonya. Harusnya, kalau mau marah, marah ke tim yang nulis: "Bapak disuruh bilang 'ndasmu', tim malah nggak kasih konteks!"
Bayangkan kalau tim komunikasinya begini:
Tim: "Pak, jangan bilang 'ndasmu', nanti viral."
Pejabat: "Tapi aku emosi!"
Tim: "Kalau emosi, tarik napas. Atau bilang 'saya tidak setuju dengan pendapat tersebut secara tegas'."
Pejabat: "Apaan tuh? Gak greget! Gue kan jenderal, bukan mahasiswa debat!"
Tim (menyerah): "Ya udah... ndasmu aja deh."
Dan jadilah sejarah.
Public Speaking Level: Dari 'Suci di Langit' sampai 'Dimasak Aja'
Mari kita ranking kemampuan public speaking pejabat ala Kompasiana Awards:
- Level Suci di Langit. Pejabat yang ngomongnya terlalu tinggi, sampe rakyat gak nyampe. Cocok jadi malaikat, bukan menteri.
- Level Kabur Saja. Pejabat yang solusinya bukan memperbaiki sistem, tapi nyuruh rakyat minggat. Next level: "Kalau susah, mati aja."
- Level Dimasak Aja. Pejabat yang meremehkan ancaman terhadap kebebasan pers. Kalau begini terus, wartawan bakal jadi bahan bakar reality show: "MasterChef: Jurnalis vs. Pejabat"
- Level Ndasmu. Pejabat yang komunikasinya kayak troll di Twitter. Kalau debat, bukan pakai argumen, tapi punchline.
Solusi? Gampang. Ikutin 3 Langkah Ini:
- Latihan Empati. Setiap pagi, pejabat wajib baca komentar rakyat di media sosial. Tidak boleh pakai bodyguard. Harus pakai hati.
- Tim Penulis Pidato Wajib Tahu Rasa Lapar. Sebelum nulis pidato, tim harus makan di warung padang dengan uang Rp10.000. Biar tahu apa itu "rasa cukup" dan "rasa pengen kabur".
- Ujian Public Speaking: Harus Lolos dari Cuitan Warganet. Sebelum pidato disetujui, dikirim dulu ke tim fact-check + empathy-check. Kalau lebih dari 50% warganet bilang "Waduh, Bapak salah diksi lagi," pidato ditunda.
Penutup: Kalau Gak Sanggup, Serahkan Mandatnya... ke yang Bisa Ngomong Baik
Kita gak minta pejabat jadi filsuf atau penyair. Tapi minimal, jangan jadi bahan meme karena salah ngomong. Kita juga gak minta mereka jadi sempurna. Tapi tolong, jangan jadikan podium sebagai tempat buang emosi.
Kalau emang gak sanggup bicara dengan bijak, dengan empati, dengan rendah hati... ya serahkan mandatnya. Bukan ke Tuhan, bukan ke langit, tapi ke rakyat, yang selama ini diam, tapi sebenarnya capek lihat negara ini diomongin kayak stand-up comedy yang gak lucu-lucu banget.
Dan buat yang suka bilang "ndasmu"...
Ndasmu sendiri, Bang. Soalnya kepala lu lagi dikepala rakyat.
***