Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama. I Seorang guru di SMP PIRI, SMA dan SMK Perhotelan dan SMK Kesehatan. I Ia juga seorang Editor, Penulis dan Pengelola Penerbit Bajawa Press. I Melayani konsultasi penulisan buku. I Pemenang III Blog Competition kerjasama Kompasiana dengan Badan Bank Tanah

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

[5:habis] Di Antara Ombak dan Harapan, Catatan dalam Kunjungan Industri yang Menguji Jiwa

24 Agustus 2025   21:13 Diperbarui: 24 Agustus 2025   21:30 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(di pintu masuk Tanah Lot, foto: Ibu Rian)
(di pintu masuk Tanah Lot, foto: Ibu Rian)

Tanah Lot dan Air Suci: Simbol Ketangguhan yang Tawar

Di ujung perjalanan, saat matahari mulai tenggelam di Tanah Lot, para siswa berani mengelus ular suci dan meminum air tawar di tengah laut. Simbol keberanian. Tapi bagi para guru, simbol lain yang lebih dalam: ketahanan.
"Kami berhasil membawa mereka pulang dengan selamat, sehat, dan membawa pulang lebih dari sekadar ilmu, tapi juga jiwa," tulis Bu Nurul.

"Kami Bukan Hanya Pendamping: Kami Keluarga"

Bagi Bu Nurul, kunjungan industri ini adalah tentang kedekatan yang tulus. "Kami saling mengenal lebih dalam. Antara guru, antara siswa, antara kami semua. Kami seperti keluarga yang tumbuh bersama, menghadapi segalanya dengan tawa dan pelukan."

Sementara Bu Putri menegaskan: "Ini pengalaman pertama saya, dan sungguh mengguncang. Saya belajar bahwa kebersamaan sejati lahir bukan di saat nyaman, tapi saat kita diuji. Semakin keras badai, semakin erat genggaman kita."

Epilog: Harapan di Balik Lelah

Ketika bus kembali ke Sleman, para guru tak langsung pulang. Mereka duduk bersama, menulis laporan, menata foto, dan tertawa kecil mengingat momen-momen kocak. Lelah, tapi hati penuh.

"Semoga ke depan, perjalanan bisa lebih lancar," harap Bu Putri. "Tapi jujur, saya tidak ingin kehilangan esensi ini, kebersamaan, perjuangan, dan cinta yang tumbuh di jalan."

Penutup: Terima kasih Tak Bertepi

Kunjungan industri bukan hanya tentang siswa yang belajar dunia kerja. Di SMK Kesehatan Binatama, ia menjadi perjalanan jiwa ketika 13 guru yang hadir bersama (maupun kepala sekolah dan para guru lain yang tetap menjalankan proses belajar mengajar di kelas) berdiri di garda terdepan, bukan sebagai pengawas, tapi sebagai pelindung, sahabat, dan keluarga. Di antara ombak Jimbaran dan pura Tanah Lot, mereka menulis cerita yang tak akan terlupa: bahwa mendidik bukan hanya soal mengajar, tapi juga menemani sampai di ujung jalan.

Terima kasih untuk para guru yang tak pernah terlihat, tapi selalu hadir. Terima kasih SMK Kesehatan Binatama, Bu Nuri, Bu Ulfy dan Bu Agustina yang sudah mengajak saya untuk ikut pertama kalinya. Jika dibutuhkan, ke depannya saya selalu siap. Terima kasih.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun