Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama. I Seorang guru di SMP PIRI, SMA dan SMK Perhotelan dan SMK Kesehatan. I Ia juga seorang Editor, Penulis dan Pengelola Penerbit Bajawa Press. I Melayani konsultasi penulisan buku. I Pemenang III Blog Competition kerjasama Kompasiana dengan Badan Bank Tanah

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Merdeka dalam Rangkaian Kenangan: Mama, Madagaskar, dan Jiwa Kemerdekaan

16 Agustus 2025   21:17 Diperbarui: 16 Agustus 2025   21:17 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemerdekaan adalah ketika seorang ibu di Nagekeo bisa membesarkan anaknya dengan cerita tentang sawah dan kebebasan. Kemerdekaan adalah ketika seorang guru bisa menyapa turis asing dalam bahasa yang nyaris punah di tanah airnya sendiri, lalu menemukan bahwa akar budaya kita telah menjelajah samudra. Kemerdekaan adalah ketika tari dan nyanyian menjadi jembatan tanpa paspor, mengingatkan kita bahwa Indonesia tak pernah sendiri, kita adalah bagian dari jaringan peradaban yang saling merajut sejak ribuan tahun.

Penutup: Lilin, Laut, dan Warisan yang Tak Pernah Padam

Mama mungkin telah tiada, tapi lilin yang saya nyalakan malam ini adalah metafora kesinambungan. Seperti ombak yang terus berulang, kemerdekaan harus dihidupkan setiap hari: dalam doa untuk para leluhur, dalam senyum untuk saudara sejauh Madagaskar, dan dalam tangan muda yang siap menari di atas tanah yang mereka cintai.

Besok, 17 Agustus, ketika bendera dinaikkan, saya akan mengenang Mama yang lahir di malam kemerdekaan, para turis Madagaskar yang tertawa dalam tarian, dan anak-anak SMK Binatama yang menjadi pengingat: kemerdekaan sejati adalah ketika kita mampu merangkul masa lalu, menyambut dunia, dan mewariskan kebebasan pada generasi yang akan datang.

Selamat malam, Mama. Selamat pagi, Indonesia. Selamat datang, saudara-saudaraku dari seberang lautan. Merdeka bukan hanya milik sejarah, ia adalah napas yang terus berdetak dalam setiap pertemuan.

 

Ditulis pada malam tirakatan, 16 Agustus 2024, untuk Mama Persila Goo, para sahabat Madagaskar, dan Indonesia yang tak pernah berhenti bermimpi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun