Bayangan Andriamangarira muncul, diikuti Razafindrahety, Monja, dan Lalao. "Kau tak sendiri," kata mereka serempak. "Kami semua di sini. Karena Mahazoarivo bukan rumah untuk satu orang. Ia adalah rumah untuk Madagascar."
Di luar, suara kota berdenyut, taxi-brousse berderit, anak-anak tertawa, pasar Analakely berteriak. Tapi di dalam, hanya ada satu suara yang abadi: "Bangunlah. Bukan untuk dirimu, tapi untuk yang akan datang."
Dan di bawah lantai, Batuan Madiova berdetak pelan, seperti jantung yang tak pernah berhenti berdoa.
Antananarivo, Madagascar - 1999
Catatan: Mahazoarivo ("Tempat Seribu Janji" dalam bahasa Merina) adalah kediaman resmi Perdana Menteri Madagascar sejak era kolonial. Meski tak banyak sumber sejarah yang mencatat mitosnya, cerita ini terinspirasi dari kepercayaan Malagasi bahwa tempat-tempat bersejarah menyimpan fanahy (jiwa) leluhur. Peristiwa Revolusi 1972 memang nyata, saat mahasiswa dan rakyat menuntut reformasi, mengakhiri Republik Pertama tanpa kekerasan berlebihan. Peta Suku yang hilang menjadi metafora untuk upaya menyatukan 18 suku di Madagascar, yang hingga kini masih menjadi tantangan utama negara ini. Di Mahazoarivo, setiap PM yang datang membawa luka zamannya, tapi janji yang sama: membangun, bukan menghancurkan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI