Cyberbullying juga bikin lo bokek. Banyak yang kehilangan cuan-influencer gak dapet endorse, UMKM sepi gara-gara fitnah. Asosiasi E-Commerce Indonesia (2023) bilang 15% pedagang online rugi karena serangan digital. Warung di Makassar pernah ambruk gara-gara tuduhan "kotor" di X.
Lo juga harus bayar buat nambal kerusakan: konseling biar otak waras lagi (Rp200.000-Rp500.000/sesi), jasa IT kalau akun kena hack (minimal Rp500.000), atau beli HP baru (Rp2-3 juta). Kerjaan atau sekolah juga kacau -lo gak fokus, nilai jeblok, atau dipecat. Pemerintah pun keluar duit miliaran buat ngurus kasus ini, kata UNICEF Indonesia (2021).
Dampak Hukum: Hukum Keras, Tapi Sering Loyo
Di Indonesia, cyberbullying bisa kena UU ITE (Pasal 27 ayat 3, bui 4 tahun, denda Rp750 juta) atau KUHP (Pasal 310-311, fitnah). Contoh, cowok di Surabaya masuk penjara setahun (2023) gara-gara nyebarin foto mesum editan. Tapi, lapor ke polisi gak gampang -proses lama, bayar pengacara mahal, dan lo bisa dicap "lebay." SafeNet (2023) bilang cuma 20% laporan cyberbullying yang sampe hakim.
Polisi juga sering keteteran lacak akun anonim, dan UU ITE kadang malah ngejerat yang salah. Kasus di Bandung (2021) nunjukin cewek kena doxing harus nunggu 8 bulan cuma buat investigasi. Biaya ngurus kasus? Bisa Rp10-50 juta, nguras duit publik.
Ngelawan Cyberbullying: Jangan Ngamuk, Main Akal
Lawan cyberbullying itu kayak ngelupas bawang: sabun, tapi hasil. Pertama, jangan bales kasar, simpan bukti - screenshot semua, simpen di Google Drive. Kedua, blok dan lapor. Pake tombol "Report" di TikTok atau X, atau ke polisi dengan UU ITE. Ketiga, cari back-up. Curhat ke temen atau konselor, Cyberpsychology (2020) bilang ini kurangin stres 50%. Keempat, kunci akun. Privat akun, batasi komen, cek siapa yang lo add. Kelima, edukasi diri. Ikut workshop SiberKreasi atau bikin konten anti-bullying biar medsos gak toxic.
Penutup: Medsos Gak Harus Jadi Neraka
Cyberbullying itu kayak kotoran di sepatu: bikin risih, tapi bisa dibersihin. Dari mental yang ambyar, circle yang bubar, dompet yang kering, sampe hukum yang bikin pusing, dampaknya gak main-main.Â
Tapi lo gak perlu takut. Dengan trik cerdas dan gotong royong, medsos bisa jadi tempat nge-vibe, bukan nge-hate. Jadi, kalau ada yang ngejek, simpen bukti, lapor, dan tetep slay. Dunia maya luas, jangan biarin penutup ngehalangin lo!
ReferensiÂ
Journal of Adolescent Health (2018). Cyberbullying and Depression.
UNICEF Indonesia (2021). Kekerasan Daring pada Anak.
SafeNet (2022, 2023). Kekerasan Digital di Indonesia.
Komnas Perempuan (2023). Kekerasan Berbasis Gender Online.
Asosiasi E-Commerce Indonesia (2023). Dampak Serangan Digital.
UU No. 1 Tahun 2024 tentang Perubahan UU ITE.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI