Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama. I Seorang guru di SMP PIRI, SMA dan SMK Perhotelan dan SMK Kesehatan. I Ia juga seorang Editor, Penulis dan Pengelola Penerbit Bajawa Press. I Melayani konsultasi penulisan buku. I Pemenang III Blog Competition kerjasama Kompasiana dengan Badan Bank Tanah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Di Bukit Zaitun

11 April 2025   22:53 Diperbarui: 11 April 2025   22:53 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(ilustrasi olahan GemAIBot, dokpri

Di Bukit Zaitun

 

Di Bukit Zaitun malam kelam meraja,
Angin dingin membisik duka nan perih,
Yesus bersujud, keringat darah membasahi muka,
Beban dosa dunia di pundak-Nya terpikul,
Namun cinta-Nya teguh, tak goyah walau rapuh.

Bintang redup, langit menangis dalam hening,
Sengsara menanti, salib memanggil di ujung,
Ia tahu pedih cambuk, duri tajam menikam,
Namun demi jiwa hilang, Ia memilih jalan,
Penebusan suci, kasih abadi dalam penderitaan.

Di taman sepi, doa-Nya mengguncang surga,
"Bapa, bila mungkin, lepaskan cawan ini,"
Namun kehendak-Nya tunduk pada rencana,
Malam tragis menjelang, fajar kemenangan lahir,
Dari luka-Nya, dunia menemukan hayat yang kekal.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun