Mohon tunggu...
Andin Alfigenk AnsyarullahNaim
Andin Alfigenk AnsyarullahNaim Mohon Tunggu... biasa saja

orang biasa saja, biasa saja,,,

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sehelai Sirih Islam Hulu Sungai Kalimantan Selatan

13 Juli 2023   10:20 Diperbarui: 23 Agustus 2023   20:52 525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai sebuah intermezzo, ketika meneliti di barabai, saya tertarik dengan istilah halaqah ulama di barabai yang mungkin salah satu tradisi keulamaan di Hulu Sungai, para ulama berkumpul pada waktu tertentu secara rutin untuk membahas sesuatu yang dipimpin oleh Ulama yang dianggap senior dan lebih berilmu. Halaqah ulama yang saya ketahui ini cukup unik, karena ulama yang berkumpul mempunyai pangkat militer resmi dari Bintara hingga perwira pertama, mereka mendapatkan pensiunan sebagai veteran dalam perang kemerdekaan, bagaimana ceritanya para veteran militer ini menjadi ulama di kampung-kampung setelah mereka pensiun mungkin perlu penelitian yang berbeda. Mungkin tidak banyak yang tahu bahwa salah satu tokoh militer dalam perang kemerdekaan di Kalimantan Selatan berpangkat terakhir Jendereal bintang satu yaiatu Brigjen Hasan Basry rupanya merupakan alumni Al-Azhar mesir, beliau melanjutkan Studi ke Mesir setelah perang kemerdekaan, dan mungkin satu-satunya jenderal di Indonesia yang berpendidikan sarjana di Mesir.

Dengan dominasi agama di Hulu sungai adalah islam, dan sangat umum juga ditemui langgar atau Mushala di setiap komunitas, bahkan disuatu perkampungan kecil dan terpencil pun akan selalu ada Langgar atau masjid. Maka adanya ulama-ulama yang membimbing dan menjadi panutan keislaman menjadikan rasionalnya perkembangan dan bertahannya islam selama ratusan tahun di Hulu Sungai hingga hari ini.

Islam di Hulu sungai telah hadir ratusan tahun, hal tersebut di tandai dengan adanya mesjid-mesjid tua yang masih bertahan hingga hari ini, di Barabai ada dua masjid yang terbukti sebagai mesjid tua berdasar penelitian arkeologi seperti mesjid Keramat Palajau dan mesjid Keramat Jatuh, dan mungkin masih banyak mesjid-mesjid tua lain di barabai yang tidak dikenal sebagai masjid tua karena belum ada penelitian lebih lanjut. Selain itu juga ada masjid-mesjid tua lain di Hulu Sungai seperti Mesjid Pusaka Banua Lawas, Mesjid Punain di Tanta Tabalong, juga ada Masjid Tua lain di Amuntai, Kandangan, Negara Daha dan Margasari, meski Sebagian mesjid di daerah tersebut telah berpindah tempat atau hilang atau terlupakan.

Mesjid tua dan Kubah ulama sebenarnya bisa menjadi bukti kuat akan adanya islamisasi dan hadirnya islam di hulu sungai, selain itu juga ada banyak jejaring Ulama yang berasal dari Hulu Sungai atau berdarah hulu sungai yang merantau di seluruh Nusantara bahkan Malaysia, Brunei dan daerah lainnya yang masih bisa kita ketahui selama ratusan tahun. Bukti arkeologis dan bukti jejaring ulama serta melihat kultur islam yang kuat di Hulu sungai akan saling menguatkan untuk membuktikan tua-nya dan pentingnya pengaruh Islam di Hulu Sungai

Kubah-kubah ulama di hulu sungai sampai hari ini mungkin belum terdata dengan baik, entah mengapa para sejarawan islam tidak begitu tertarik meneliti hal tersebut, padahal jelas sekali kubah-kubah tersebut akan menjadi bagian dari data sejarah yang kuat, jejaring keulamaan mereka bisa diselidiki, tradisi keilmuan mereka bisa kiita cari dan pahami. Bagi saya pribadi melihat kubah-kubah tersebut akan mendatangkan beberapa pertanyaan, bagaimana bisa begitu banyak ulama di Barabai di jaman-jaman itu, Menjadi ulama juga bukan lah hal sederhana, perlu Pendidikan dasar dan lanjutan, serta kemampuan ekonomi yang benar-benar mumpuni, karena menuntut ilmu sampai ke Timur Tengah bukan sesuatu yang sederhana dan murah. Juga sangat penting ditanyakan darimana asal usul tradisi Pendidikan dan keulamaan itu bersumber. Kubah-kubah Ulama tersebut juga menunjukkan adanya stabilias di Hulu sungai pada jamannya yang menjadi iklim yang nyaman bagi berkembangnya Pendidikan Islam di hulu sungai, harus ada jawaban bagaimana stabilitas itu menjadi ada ketika satu sisi kita tahu bahwa Hulu Sungai merupakan pusat peperangan dengan pemerintahan Belanda selama tahun 1860 dan empat puluh tahun sesudahnya.

Permasalahan lain di Hulu sungai adalah Fenomena banyak kubah baru di hulu sungai yang dibangun berdasar cerita mistik yang sangat mengganggu penelitian sejarah karena sumber sejarah yang tidak bisa dipertanggungjawabkan. Kubah-kubah baru yang dibangun berdasar petunjuk mistik tersebut seolah memalingkan perhatian kita kepada kubah-kubah ulama tua yang otentik dan berjumlah ratuasan di Hulu sungai.

Fenomena lainnya, hari ini yang mulai ramai di Hulu sungai adalah upaya pencarian silsilah para tokoh bangasawan atau ulama, penelitian ini memang sesuatu yang harus diupayakan untuk bisa mengungkap sejarah islam di hulu sungai,  dari silsilah tersebut kita bisa melihat banyak hal mengenai sejarah dan tradisi di hulu sungai, namun penelitian tersebut tidak lah mudah, karena budaya sistem keluarga hulu sungai yang cukup unik, sistem kekeluarga di Hulu Sungai adalah sistem kekerabatan yang disebut dengan bubuhan, sistem kekerabatan ini terikat dalam ikatan perkawinan baik dari pihak laki-laki maupun dari pihak perempuan, meski sebuah bubuhan dipimpin oleh seorang laki-laki, namun pengaruh perempuan cukup kuat dan terkadang dominan.

Dahulu pada sebuah Bubuhan yang dominan dan berpengaruh biasanya berasal dari keluarga bangsawan, keluarga bangsawan pula yang kemudian mempunyai hak untuk menjadi pemimpin wilayah berdasar tali darah atau silsilah. Gelar seperti Raja, Pangeran, Andin, Rama, Anang, Diyang, Galuh, Niyang, abi. Para keturunan Raja bergelar Andin yang berasal dari Raden, seorang Rndin yang berpengaruh akan disebut Rama. Untuk di Barabai misalnya, Hanya keturunan Raja yang boleh menjadi Raja, hanya seorang bangsawan bergelar Andin yang boleh menjadi menjadi pambakal, dan hanya keturunan Andin yang menjadi temenggung, dan hanya keturunan Tumenggung yang bisa menjadi tumenggung atau Demang. Pada abad ke 19 gelar anang juga menjadi popular disematkan bagi seorang keturunan bangsawan yang sedang Menjabat, Meski sekarang sistem kebangsawanan telah hilang dan bisa dikatakan tidak berlaku lagi.

Membahas sistem politik dan pemerintahan akan memberikan kita pemahaman lebih baik terhadap Hulu Sungai, mengingat Hulu Sungai adalah pusat dari banyak Kerajaan dimasa Lalu. Dari kerajaan Kuripan, Kerajaan Daha, Kerajaan Dipa sampai Kerajaan jatuh di Alai yang merupakan pewaris murni dari Kerajaan Daha. Kita akan memahami bahwa Hulu sungai Bukan wilayah tidak bertuan atau tidak berbudaya secara politik dan pemerintahan, namun justru sebaliknya. Peradapan Hulu Sungai adalah dominan, paling maju dan paling kuat dikawasan pada masa lalu bahkan sekali lagi hinggapun hari ini, dari sana pula Para bangsawan hulu sungai sebagai aristokrat utama sangat berpengaruh dan menjadi penentu banyak hal Politik di Kalimantan Selatan. Hal ini perlu digaris bawahi dengan lebih tegas untuk melawan kampanye persepsi atau streotif yang cenderung negative terhadap Hulu Sungai.

Seperti disebut diatas, sistem bubuhan juga unik karena meski dipimpin oleh keturunan laki-laki tapi pengaruh pihak perempuan juga cukup kuat, tidak ada perbedaaan antara keturunan laki-laki dan perempuan dalam keluarga, itu lah mengapa tidak ada tradisi nasab baik lewat tulisan atau ingatan bagi urang hulu sungai. Dari sana lah pula kemudian akan sangat kesulitan jika tradisi sistem kekerabatan bubuhan di Hulu sungai harus disandingkan dengan sistem nasab Arab yang hari ini mulai hadir dan mencoba mengoreksi silsilah atau sejarah urang hulu sungai.

Tradisi nasab Arab adalah sistem patrilineal atau kekerabatan lewat jalur ayah atau laki-laki, sedangkan sistem bubuhan di hulu sungai tidak selalu menguatkan sistem kekerabatan keluarga lewat jalur laki-laki atau ayah kecuali untuk bangsawan. Sistem bubuhan cenderung abu-abu tercampur dalam patrilineal dan matrilineal. Disisi lain dalam bubuhan juga dominasi kekerabatan dari pihak ibu lebih dominan, Itu lah mengapa sampai hari ini perempuan cukup kuat dalam sistem sosial hulu sungai. Tidak jarang kita temui anak-anak dari pihak perempuan cukup mendominasi, tidak jarang pula kekerabatan dari pihak ayah tidak begitu akrab dan tidak saling mengenal. Memang rasanya sungguh tidak tepat jika sistem bubuhan hulu sungai dikoreksi dengan sistem nasab Arab, akan sangat menyulitkan dan mengganggu ikatan kekeluargaan di Hulu sungai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun