Mohon tunggu...
Alfie Novriansyah
Alfie Novriansyah Mohon Tunggu... Merchandiser Development

Seorang karyawan yang menyukai puisi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Mengapa Menulis Puisi Bisa Menyembuhkan?

17 September 2025   10:50 Diperbarui: 17 September 2025   10:50 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Alexander Van Steenberge on Unsplash

Pernahkah kamu merasa menanggung perasaan yang begitu berat? Hingga terkadang, hati penuh sesak tanpa sebab yang jelas sedangkan kata-kata terasa sulit mengungkap rasa. Di saat-saat seperti itu, menulis puisi menjadi pelarian sederhana namun penuh makna bagiku --- sebuah cara untuk meluapkan emosi yang tak mampu disampaikan secara langsung. Puisi bukan sekadar kumpulan kata indah yang terangkai dalam rima, tapi juga menjadi ruang paling jujur untuk melukiskan isi hati terdalam. Dalam artikel ini, aku ingin bercerita tentang bagaimana menulis puisi bisa menjadi proses penyembuhan batin dan menghadirkan ketenangan bagi jiwa.

Bagiku, puisi bukan sekadar rangkaian kata-kata indah, melainkan ruang untuk bercerita tentang dunia dan diriku sendiri dengan jujur melalui pendekatan paling pribadi, tanpa terikat aturan -- bebas. Ia tak butuh konstruksi selayaknya novel -- menjelaskan latar, konflik hingga konklusi. Ia sederhana, menyisipkan cerita melalui celah-celah kata yang acapkali sulit disampaikan. Dengan satu metafora, ia dapat menceritakan seluruh kehidupan masa kecil yang indah. Di dalam puisi aku belajar bahwa sebuah cerita tidak harus memiliki kerangka yang sempurna untuk terasa utuh. Terkadang, satu imaji sederhana seperti, "Aku ingin pulang ke tempat di mana tenang sedang tertidur pulas", sudah cukup ceritakan seluruh perasaan.

Puisi, dengan ajaibnya, mampu melukiskan emosi paling rumit sekalipun. Dengan satu kalimat, ia dapat merayakan patah hati yang tak pernah usai. Puisi memberi kita ruang untuk mencerna setiap rasa yang singgah, yang direfleksikan ke dalam frasa-frasa indah yang menjadikannya tempat kita berkaca. Ia memberi kita pemahaman tentang hal-hal sulit, pengalaman-pengalaman yang rumit dari sudut pandang yang berbeda, dengan cara paling personal. Ia menjadi terapi, membantu meredakan perasaan cemas dan gundah yang acapkali singgah.

Penyembuhan butuh proses yang tidak sebentar, apalagi jika itu adalah trauma terdalam. Selain itu, penyembuhan juga butuh cara, menulis puisi salah satunya. Kita bisa mulai dengan menulis hal apapun yang kita rasakan setiap harinya, bisa dalam satu kalimat, atapun dalam bentuk bait. Gunakan metafora, pengandaian dan gambaran indra yang dibutuhkan saat kita menulis. Kita tidak melulu harus memerhatikan apakah struktur bahasa yang kita gunakan sudah benar atau belum, tidak juga perlu mementingkan rima, karena setiap kata yang kita tulis akan memilih sendiri di mana ia ingin hidup dan seperti apa ia akan berima. Cukup tulis apapun yang kita mau, karena puisi adalah ekspresi kebebasan.

Terkadang kita lupa, penyembuhan tidak hanya dengan menenggak obat. Hal sekecil menulis pun dapat membantu redakan emosi paling rumit. Seperti yang dikatakan W.Somerset Maugham, "Menulis adalah pelipur lara tertinggi.", mungkin menulis puisi bisa dijadikan salah satu langkah kecil untuk kita sembuh, dari trauma masa lampau, bahkan dari patah hati terhebat yang pernah kita alami. Jadi, mari kita tulis setiap perasaan yang kita rasakan, tidak untuk disiarkan, melainkan menjaga pikiran kita tetap waras.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun