Mohon tunggu...
Alfiansyah_senja
Alfiansyah_senja Mohon Tunggu... Buruh - Penulis artikel, foto, dan traveling

Lahir dan besar di kota Balikpapan. "Setiap Malam adalah Sepi" adalah novel perdana yang berhasil dicetak lewat proyek indiependent. Novel ini bercerita tentang kehidupan urban seorang pekerja yang bekerja di malam hari di Kota Balikpapan.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Marepe' Biji Kemiri (Kisah dari Tanah Adolang dan Deking, Bagian Pertama)

18 November 2019   19:46 Diperbarui: 18 November 2019   19:49 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri
Dokpri
Ku'bur Kaiyyang tempat nenek saya dilahirkan terletak di Dusun Adolang. Akses menuju ke sana bisa ditempuh dengan motor, dengan catatan pengendara itu mesti joki. Joki dalam arti mengerti medan dan mahir mengendarai motor. Saya sendiri lebih baik jalan kaki, karena jika salah-salah, motor dan pengendara bisa terjun ke jurang.

Di jalan kami selalu menjumpai pohon kemiri. Dari arah berlawanan atau di dekat pohon kemiri, kami berpapasan dengan ibu-ibu pencari buah kemiri. Ada yang sedang memikul dan ada juga mengumpulkan kemiri yang jatuh dari pohonnya.

Saya sendiri kagum dengan mereka, di mana para ibu-ibu itu memikul biji kemiri yang beratnya kurang lebih 20 kg. Ketika saya melaluinya, mereka akan berhenti dan tersenyum. Senyumnya begitu ringan, lembut dan bersahaja. Rasa lelah itu lenyap seketiks dan tak sebanding dengan barang yang mereka bawa.

Dokpri
Dokpri
Ayah saya mengajak omong-omong menggunakan bahasa Mandar. Setelah ditelesik, ternyata masih ada hubungan keluarga dengan ayah. Begitu juga dengan ibu-ibu yang saya jumpai.

"Lihat. Itu dia mikul kemiri itu jauh sekali kasian. Jauh! Pemandangan seperti ini tidak akan kamu dapatkan di kota. Ibu-ibu mengerjakan pekerjaan laki-laki. Kuat. Itu namanya siwaliparriq," jelasnya. Lagi-lagi ia mengulang.

"Di sini tak ada orang lain. Semua keluarga. Jika saya sebut nama bapak, ibu atau nenek-neneknya, insyaAllah saya tahu. Yang pasti, tak ada orang lain di sini. Semuanya keuarga."

Di Mandar ada budaya yang dinamakan siwaliparrriq. Artinya, dalam membangun bahtera rumah tangga, suami-istri harus saling berbagi pekerjaan bersama. Seperjuangan dan sependeritaan.

Dokpri
Dokpri
Pekerjaan yang mestinya dilakukan suami, juga bisa dilakukan oleh istri. Tugas istri tidak hanya urusan dapur dan (mohon maaf) mengurusi urusan ranjang. Pekerjaan laki-laki bisa dikerjakan perempuan.

Jika suami pergi berkebun, maka istri pergi mencari rumput atau dedaunan sebagai makanan kambing. Istri, dengan berpakaian tukang kebun membawa arit atau parang, menebang batang-batang kecil.

Jika batangnya tinggi, maka ia akan memanjatnya. Tak hanya itu, ia pun memikul makanan kambing sampai ke kandangnya. Begitu juga dengan apa yang saya lihat : perempuam memikul biji kemiri.

Jauh sebelum para intelektual kaum hawa di Eropa menuntut hak mereka yang disebut dengan ide-ide feminisme, di Indonesia, tepatnya di Mandar, ternyata sudah lama mempraktikkan bahwa laki-laki tidak menomorduakan perempuan. Tidak berteori dan beretorika---seperti perdebatan feminsme Eropa. Yang dilakukan perempuan di Mandar adalah langsung terjun ke lapangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun