Mohon tunggu...
Meirri Alfianto
Meirri Alfianto Mohon Tunggu... Insinyur - Seorang Ayah yang memaknai hidup adalah kesempatan untuk berbagi

Ajining diri dumunung aneng lathi (kualitas diri seseorang tercermin melalui ucapannya). Saya orang teknik yang cinta dengan dunia literasi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Berbagi Pekerjaan Rumah adalah Salah Satu Indikator Keluarga Harmonis

17 Juni 2021   09:42 Diperbarui: 17 Juni 2021   16:05 816
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berbagi pekerjaan rumah tangga (Sumber: unsplash.com/Becca Tapert)

Pemilik kos itu adalah sepasang suami-istri muda, namanya mas David dan mbak Resty. Pada suatu sore saya melihat mereka berdua sedang asyik bercengkerama sambil menjemur baju. Menurut saya, itu adalah pemandangan romantis. 

Sedikit bercerita, mbak Resty merupakan seorang ibu rumah tangga yang menjaga seorang bayi. Sedangkan mas David bekerja di sebuah perusahaan swasta. Walaupun istrinya tidak bekerja, mas David bukanlah orang yang suka berpangku tangan terhadap pekerjaan rumah. 

Ia kerap terlihat membersihkan rumah, memperbaiki talang air, sampai mencuci baju. Ia pernah berkata pada saya, tidak ada pekerjaan istri atau suami. 

Ilustrasi suami-istri mengerjakan pekerjaan rumah bersama (Sumber: intisari.grid.id)
Ilustrasi suami-istri mengerjakan pekerjaan rumah bersama (Sumber: intisari.grid.id)
Pekerjaan rumah adalah tanggung jawab bersama. Itulah inspirasi di balik kesimpulan "Berbagi Pekerjaan Rumah Adalah Salah Satu Indikator Keluarga Harmonis".

Lalu bagaimana pekerjaan rumah itu bisa membantu keharmonisan keluarga?

1. Memupuk rasa kebersamaan
Berbagi pekerjaan rumah akan membuat rasa kebersamaan terus terbentuk. Pernikahan itu menyatukan dua orang. Yang awalnya satu menjadi dua. Yang tadinya sendiri, menjadi berdua alias bersama. 

Maka penting bagi suami istri untuk terus memupuk kebersamaan. Kebersamaan ini akan melahirkan kekompakan. Jangan sampai salah satu pihak merasa sendiri lalu kesepian.

2. Adanya rasa keadilan
Bagaimanapun keadilan itu harus ada. Jangan sampai timbul prasangka pada salah satu pihak "kok hanya aku yang sibuk". Ketika salah satu pihak merasa tidak adil, maka berpotensi memantik perselisihan. 

Pada banyak kasus yang istri menjadi ibu rumah tangga, suami cenderung merasa bahwa dirinya sudah bekerja mencari nafkah untuk keluarga, maka suami tak mau terjun dalam pekerjaan rumah. Padahal menjadi ibu rumah tangga yang mengurus anak itu pun bukanlah pekerjaan yang ringan. Oleh karena itu mari jadikan keadilan itu menjadi salah satu fondasi untuk memperkuat cinta diantara suami dan istri.

3. Terciptanya ruang interaksi
Salah satu permasalahan dalam rumah tangga adalah minimnya ruang dan waktu untuk berinteraksi satu sama lain. Terlalu sibuk mengerjakan kesibukan sehari-hari menjadi alasannya. Memang kepentingan keluarga itu tidak akan pernah habis. 

Bekerja, sosialisasi dengan teman/lingkungan, kegiatan keagamaan, dan lain sebagainya. Nah, seperti contoh mas David dan mbak Resty yang saya ceritakan di atas, mengerjakan tugas pekerjaan rumah secara bersama-sama pun dapat menciptakan ruang interaksi yang nyaman dengan pasangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun