Mohon tunggu...
Meirri Alfianto
Meirri Alfianto Mohon Tunggu... Insinyur - Seorang Ayah yang memaknai hidup adalah kesempatan untuk berbagi

Ajining diri dumunung aneng lathi (kualitas diri seseorang tercermin melalui ucapannya). Saya orang teknik yang cinta dengan dunia literasi

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Lembur Ganti Hari yang Kian Menjadi Tren di Kalangan Pekerja

10 Juni 2021   08:12 Diperbarui: 10 Juni 2021   08:44 1743
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karyawan melakukan pekerjaan lembur (overtime). Sumber gambar: dokpri

Kalau dulu lembur cukup ada perintah dari atasan, sekarang tidak. Contohnya harus ada target yang jelas, apa saja yang dikerjakan, berapa jam lembur, dan lain-lain. Ya hal-hal itu wajar sih. Namun dulu tidak seribet itu.

2. Perlu persetujuan dari level tinggi

Mungkin dulu persetujuan lembur cukup dari supervisor, sekarang bisa approval atau persetujuannya bisa sampai level direktur. Intinya tidak bisa sembarangan. Level manager pun tak berani untuk memberikan perintah lembur.

Tujuannya hanya satu: menekan biaya overtime (lembur). Menekan biaya lembur sama dengan usaha efisiensi yang dilakukan oleh perusahaan. Karena biaya lembur ditekan, maka muncullah kebijakan baru dimana lembur itu tidak membuat perusahaan mengeluarkan biaya ekstra: Lembur ganti hari.

Bagaimana mekanisme lembur ganti hari?

Sebenarnya sama saja. Prinsipnya pekerja diminta melakukan kerja ekstra untuk mengejar target produksi. Namun kompensasinya tidak dibayarkan dengan uang melainkan penggantian / tukar hari libur.

Misalnya, saya melakukan lembur selama 2 hari berturut-turut. Per harinya 4 jam. Maka 2 hari saya memiliki "tabungan" 8 jam kerja. Tabungan jam ini bisa saya gunakan untuk libur di hari efektif selama 1 hari (8 jam kerja). Sederhananya, saya mendapatkan libur sebagai pengganti jam lembur saya. Itulah mengapa disebut lembur ganti hari. 

Karena lembur itu sudah dibayar dengan penggantian hari, otomatis sudah tak mendapatkan lagi uang lembur.

Seperti yang sudah dituliskan oleh Kompasianer mas Agil S Habib dalam artikelnya, saya mengamini bahwa apa yang dituliskan itu benar adanya. Lembur ganti hari itu gampang diinstruksikan tetapi sukar saat diminta. Sudah capek-capek lembur eh ketika diminta penggantian hari selalu saja alasan dari atasan. Misalnya saja karena load produksi sedang ramai, ada yang tidak bisa ditinggal, ataupun alasan subyektif atasan.

Lembur ganti hari, apa implikasinya?

Kebijakan lembur ganti hari ini sebenarnya cukup menyulitkan para pimpinan di lapangan. Kebijakan ini kurang populer di kalangan pekerja level bawah. Maklum, kerja ekstra ini tidak membuat mereka mendapatkan tambahan penghasilan. Karyawan itu lebih kompensasi uang lembur daripada diberi libur kerja. 

Makanya para pimpinan lapangan yang berhadapan langsung dengan mereka jadi agak sulit. Serba dilematis. Di satu sisi pimpinan lapangan ini harus tunduk pada atasannya sekaligus membantu menjaga kondisi keuangan perusahaan agar tetap sehat, tetapi disisi lain mereka juga harus mendengarkan keluhan para bawahannya. Harus diingat, menghadapi orang itu tidak seperti menghadapi robot. Tidak mudah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun