Mohon tunggu...
Meirri Alfianto
Meirri Alfianto Mohon Tunggu... Insinyur - Seorang Ayah yang memaknai hidup adalah kesempatan untuk berbagi

Ajining diri dumunung aneng lathi (kualitas diri seseorang tercermin melalui ucapannya). Saya orang teknik yang cinta dengan dunia literasi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sebiji Kopi Kenangan Bersama Mantan

23 Februari 2021   17:06 Diperbarui: 23 Februari 2021   17:39 448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: israelbest dari Pixabay

22 Juli 2014

Hawa sejuk menyaksikan perjumpaanku denganmu. Kala itu kita masih sama-sama mengawali pijakan sebagai mahasiswa baru. Gunung Lawu begitu membekas dalam momen kenangan indahku. Di Sekipan, bumi perkemahan pada sore itu, aku melihat senyummu yang begitu manis menghiasi wajahmu yang anggun nan tulus. Kamu menyambut tatapanku dengan ramah, seolah kamu tahu bahwa aku ingin mengenalmu. Pecinta alam nampaknya membawa keberkahan untukku. Mungkin juga untukmu. Karena sesama pecinta alam-lah kita bertemu. Semakin lama aku semakin mengenalmu, semakin aku kagum dengan pembawaanmu yang penuh kehangatan.

22 Desember 2014

Lima bulan aku mengenalmu, aku memberanikan diriku untuk menyatakan kekagumanku kepadamu. Kubisikkan padamu untaian kata cinta dalam suatu pagi yang mendung. Saat hujan mulai turun, kamu menjawabku dengan lirih "Aku tak punya alasan yang cukup untuk menolakmu. Aku pun mencintaimu". Kenangan itu membekas erat. Dua gelas kopi arabika yang kita nikmati pagi itu menjadi saksi nikmatnya dua sejoli sedang mulai memadu kasih. Aku dan kamu telah menjadi kita. Kesatuan hati kita telah melekat kuat. Seolah kita tak sanggup kehilangan satu sama lain.

15 Agustus 2015

Itu adalah pementasan seni dramamu yang pertama di pendopo Agung kota Yogyakarta. Aku mengantarmu dengan sepeda motor tuaku yang telah membawa kemanapun kita pergi. 8 bulan terakhir yang kujalani bersamamu adalah waktu-waktu yang luar biasa. Dalam perjalanan kita ke kota Gudeg, kamu begitu gugup. Kamu belum pernah tampil dilihat banyak tokoh-tokoh penting. Apalagi kamu pemeran utamanya. Aku membelikanmu sepotong cokelat dan setangkai bunga supaya kamu sedikit tenang. Kamu berkata "memang hanya kamu yang bisa menenangkan aku" sambil memelukku erat. Aku bersyukur, aku bisa menjadi sepenting itu buatmu.

31 Januari 2016

Kita masih bersama. Aku semakin mengenalmu. Demikian pula kamu. Waktu-waktu yang kita jalani membuat kita semakin mengagumi pribadi satu sama lain. Aku ingat kamu pernah menuliskan dalam sebuah pesan WA bahwa kamu tak ingin kehilanganku. Akupun semakin yakin kepadamu. Aku yakin bahwa suatu saat kita akan menua bersama. Karenanya aku memberanikan diri untuk mengenal papa dan mamamu. Meskipun kamu mengatakan jangan dulu. Aku tidak mau memiliki hubungan secara diam-diam tanpa restu orang tua. Aku mengungkapkan dengan mantap pada kedua orang tuamu, bahwa aku mencintai kamu. Dan bahwa aku ingin menjalin hubungan yang serius denganmu.

2 April 2016

Aku merayakan Hari Raya Paskah seorang diri. Kamu takbisa menemaniku karena kamu harus menghadiri pengajian serta seminar penting tentang kehidupan muslim. Tak apa, memang kita sudah terbiasa begini. Aku ke gereja, kamu ke Masjid. Aku saat teduh, kamu sholat Subuh. Kita sama-sama berdoa. Hanya cara kita menyebut nama Tuhan yang berbeda. 

6 Juli 2016

Pagi-pagi kamu bergegas ke masjid melaksanakan sholat Ied bersama keluargamu. Aku turut merayakan keceriaan Lebaran bersamamu. Saling mengucap maaf lahir batin. Hijab yang kamu kenakan menambah keanggunan yang selama ini sudah kamu miliki. Aku bertemu pula dengan papa dan mamamu, calon mertuaku. Mereka menyambutku dengan hangat. Walaupun aku berbeda, mereka tak risih. Bahkan aku mulai terbiasa mengobrol ngalor-ngidul dengan papamu ditemani secangkir kopi dan cemilan.

28 Juli 2018

Tak terasa sudah memasuki masa akhir kuliah kita. Perjuangan yang telah kita lewati berdua tidak sia-sia. Empat tahun kita menjalani masa kuliah, empat tahun pula kita telah saling mengenal. 3,5 tahun kita jalani sebagai sepasang kekasih. Aku merasa menjadi seorang pria yang paling bahagia dalam empat tahun terakhir. Kita akan memasuki dunia yang baru selepas kuliah. Seperti janjiku pada orang tuamu, aku melanjutkan rencanaku untuk mengikatmu dalam tali pertunangan. Itu memang saat-saat yang sudah kunanti-nantikan. Aku sangat ingin menyaksikan senyum bahagiamu saat kuberikan kejutan momen lamaran manis.

Pada hari Minggu terakhir di bulan Juli, setelah aku beribadah di gereja pagi itu aku datang menjemputmu. Aku mengajakmu berkunjung ke tepian danau. Di tepian danau itu kita berbincang. Aku membeli dua buah kelapa muda untuk lebih menyegarkan suasana kita. Entah sudah berapa kali kita sudah mengunjungi tempat ini. Tempat ini memang favorit kita untuk melepas kerinduan dan menghabiskan waktu bersama. Kamu berkata kepadaku bahwa kamu selalu rindu untuk berdua denganku di tempat ini.

30 menit berlalu. Aku mengeluarkan cincin yang memang sudah kubawa sedari tadi. Aku sudah membayangkan bagaimana ekspresi bahagiamu ketika kulamar. Lalu akupun segera menyatakan kepadamu, "Sayang, mulai saat ini mari kita masuki fase yang lebih dalam. Aku ingin kita tidak sekedar berpacaran. Mari kita bersiap memasuki bingkai pernikahan melalui tali pertunangan." Aku mengutarakan niat tulus untuk kita mengikat janji melalui pertunangan.

Namun bukan, bukan itu ekspresi yang kubayangkan. Ekspresimu tidak sesuai ekspektasiku. Kamu nampak bingung. Aku bisa melihat wajahmu yang diliputi keraguan. "Kenapa sayang" tanyaku.

"Maaf sayang, aku sudah memikirkan ini sejak lama. Kita berbeda. Aku dan kamu tidak bisa menjadi satu. Dinding yang memisahkan kita begitu tinggi. Aku tak mungkin datang pada Tuhanmu. Begitupun kamu. Aku mendambakan sosok pendamping hidup yang akan menjadi imam panutanku seumur hidupku."

Rupanya keyakinan menjadi penghalang kita untuk jadi satu. Sejak itupun kita berpisah atas nama Agama. Aku tak pernah membayangkan. Momen yang seharusnya menjadi momen bahagia, malah berbalik menjadi momen perpisahan.

25 Desember 2020

Aku sudah lama tak mendengar kabar darimu. 2 tahun lebih waktu berlalu begitu saja. Untunglah aku terlalu sibuk bekerja hingga aku lupa untuk bersedih. Aku sengaja pindah ke kota yang jauh supaya aku tidak mengingat-ingat kenanganku tentangmu. Hari ini hari Natal. Peringatan kelahiran Yesus Kristus Sang Juruselamat. Aku datang ke sebuah gereja yang tak biasa aku datangi. Memang sengaja, aku ingin merasakan suasana lain. Pagi itu dalam ibadah Natal aku begitu menikmati khotbah dari Pendeta. Pak Pendeta muda ini memang pandai membawa suasana, gumamku. Aku begitu larut dalam renungan yang dibawakan oleh beliau. Seolah aku menemukan pewahyuan yang selama ini kucari.

Ibadah usai. Sudah menjadi kebiasaan setiap akhir ibadah Natal saling berjabat tangan sambil mengucapkan selamat Natal. Seluruh majelis dan penatua gerejawi turun. Tak terkecuali Pak Pendeta muda. Ia tampak dihampiri seorang wanita berambut panjang yang kemudian memeluknya. Seorang jemaat berbisik pada jemaat yang lain "Wah pak pendeta kita romantis sekali ya sama istrinya".

Yang lainnya menyahut, "Pengantin baru. Cocok. Bu pendeta itu juga sangat aktif berkegiatan"

Sama seperti jemaat-jemaat yang lain, akupun menghampiri pak Pendeta untuk mengucapkan salam selamat Natal. Semakin mendekat, aku merasa istri pendeta itu makin tidak asing. Aku berjalan pelan, seperti ada yang menahan kakiku. Masih dari jauh aku melihat pandeta dan istrinya tampak sangat bahagia. Dengan ramah menyambut jabat tangan dari para jemaat. Aku makin ragu untuk melanjutkan langkah. Semakin dekat, semakin terlihat jelas. Tak salah lagi. Itu memang kamu. Wanita yang pergi dariku dengan alasan keyakinan.

Aku tak kuat. Lalu segera pergi.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun