Lalu mungkin ada yang mengatakan jumlah 600 ribu per bulan tidak seberapa. Lebih baik digunakan untuk hal lain yang skalanya lebih besar untuk perbaikan ekonomi. Setujukah anda 600 ribu itu jumlah yang kecil?Â
Saya tidak. Kendati saya tidak berhak memperoleh bantuan tersebut, namun saya sangat mendukung kebijakan yang satu ini. Mengapa demikian? Coba kita telaah lebih jauh. Mari berhitung, gaji UMR di kawasan Jabodetabek adalah sekitar 4,2 juta rupiah.Â
Bila gaji mereka terpotong 25 persen, artinya bila dikonversi dalam rupiah, jumlah tersebut setara dengan 1,1 juta.Â
Jumlah itu setara dengan cicilan rumah subsidi per bulan, atau 1,1 juta sama dengan biaya listrik, air, SPP plus uang saku anak. Lha kalau dipotong, apa listriknya bisa tidak dibayar? Apa SPP sekolah anak boleh ngutang meskipun sekolah online?Â
Sedikit cerita saja, salah satu karyawan dalam tim saya bercerita bahwa istrinya terkena PHK. Sampai saat ini pesangon belum jelas. Ia sudah memiliki 2 anak dan masih mencicil rumah. Betapa beratnya beban keuangannya kini.Â
Itu baru satu lho. Masih banyak cerita menyayat hati lainnya. Itulah kenapa uang 600 ribu itu sudah sangat ditunggu-tunggu banyak orang. Saya pun terus melakukan follow up ke HRD kapan bantuan tersebut akan ditransfer. Berharap HRD juga terus menindaklanjutinya ke BPJS ketenagakerjaan supaya segera cair.
Serba-serbi bantuan 600 ribu
Dilansir dari berita kompas.com ada beberapa info penting terkait dengan bantuan ini yang perlu disampaikan ke masyarakat sebagai berikut:
1. Penerima terdaftar sebagai peserta BPJS ketenagakerjaan. Bagi yang belum terdaftar atau baru mendaftar dibulan Agustus 2020 tidak mendapatkan bantuan.
2. Penerima memiliki gaji dibawah 5juta rupiah per bulan
3. Bantuan sebesar 600 ribu selama 4 bulan akan diterima per 2 bulan sebesar 1,2 juta rupiah.