Contoh konkret dapat dilihat dari bagaimana pendidikan tinggi mengarahkan mahasiswa untuk menerima struktur dunia kerja yang eksploitatif sebagai sesuatu yang normal. Misalnya, mahasiswa jurusan ekonomi diajarkan teori-teori pasar bebas dan neoliberalisme sebagai dasar objektif, tanpa diajak mengkritisi bagaimana sistem tersebut menimbulkan ketimpangan global. Kurikulum teknik dan manajemen sering kali menjauh dari wacana etika, keberlanjutan, atau keadilan sosial, karena lebih berfokus pada efisiensi dan produktivitas dalam kerangka kapitalistik.
Selain itu, bagi Althusser, mekanisme seleksi masuk universitas, standarisasi nilai, dan sistem meritokrasi justru dipahami sebagai bentuk interpelasi. Mahasiswa yang "berhasil" dianggap layak secara moral, sementara yang gagal seringkali dipersepsikan sebagai kurang berusaha, tanpa mempertimbangkan kondisi sosial-ekonomi yang mendasari. Dengan demikian, pendidikan mereproduksi ilusi bahwa kesuksesan individu sepenuhnya hasil dari usaha pribadi, bukan dari posisi sosial atau struktur ideologis yang menopangnya. Di Indonesia, konsep ini dapat dilihat dalam cara institusi pendidikan tinggi mereproduksi wacana nasionalisme, disiplin, dan profesionalisme secara ideologis. Misalnya, kegiatan ospek, sistem seragam, upacara bendera, hingga kebijakan kampus merdeka sering dimaknai bukan sebagai alat pendidikan kritis, tapi sebagai cara membentuk mahasiswa yang taat dan patuh terhadap sistem. Dalam hal ini, pendidikan justru mengaburkan relasi kekuasaan dan meminggirkan kesadaran kritis.
Melalui perspektif Althusser, kita diajak melihat bahwa pendidikan tidak pernah netral. Ia adalah ruang ideologis tempat kekuasaan disebarkan secara simbolik dan diterima oleh individu tanpa disadari. Universitas bukan hanya pabrik ilmu, tetapi juga pabrik ideologi yang mereproduksi subjek kapitalisme yang loyal dan produktif, namun kehilangan daya kritis terhadap struktur penindasan itu sendiri.
Praktik Emansipatoris dalam Pendidikan dan Kritik Aliran Neoliberalisme oleh Henry GirouxÂ
Henry Giroux adalah salah satu pemikir terkemuka dalam bidang pendidikan kritis yang menempatkan pendidikan sebagai alat transformasi sosial dan emansipasi. Sebagai tokoh utama dalam teori Critical Pedagogy, Giroux menolak pandangan pendidikan sebagai proses netral yang hanya mentransfer pengetahuan. Menurutnya, pendidikan selalu terkait dengan kekuasaan dan ideologi, dan harus menjadi ruang untuk membangun kesadaran kritis dan perubahan sosial. Giroux sangat kritis terhadap tren neoliberalisme dalam pendidikan modern, yang menurutnya mengubah pendidikan menjadi komoditas yang berorientasi pasar. Universitas dan sekolah berubah menjadi institusi bisnis yang mengejar efisiensi, pengukuran kinerja, dan profitabilitas, yang pada akhirnya mengerdilkan fungsi pendidikan sebagai sarana pembebasan dan pemberdayaan masyarakat. Dalam konsepnya, pendidikan harus menjadi "praktek kebebasan" yang memberdayakan siswa untuk menjadi agen perubahan sosial, mampu mengkritisi kondisi sosial-ekonomi dan politik yang menindas. Giroux menekankan pentingnya peran guru sebagai intelektual organik yang menginspirasi pemikiran kritis dan kesadaran sosial pada muridnya.
Contoh konkret kritik Giroux terlihat pada fenomena komersialisasi universitas di banyak negara, di mana biaya kuliah yang semakin mahal, fokus pada ranking dan bisnis, serta kurikulum yang mengabaikan isu-isu sosial dan politik memperlihatkan pergeseran dari pendidikan kritis menjadi pendidikan neoliberal. Mahasiswa lebih diposisikan sebagai konsumen, bukan sebagai warga belajar yang kritis. Selain itu, Giroux juga mengkritik bagaimana media dan teknologi dalam era digital bisa menjadi alat reproduksi budaya dominan, menyebarkan ideologi yang menghambat kemampuan masyarakat untuk berpikir kritis dan bertindak kolektif. Dalam konteks ini, pendidikan harus mampu melawan dominasi ini dan membangun kesadaran kritis terhadap media dan informasi. Melalui pemikiran Giroux, universitas diharapkan tidak hanya menghasilkan lulusan yang siap kerja, tapi juga warga negara yang sadar akan ketidakadilan sosial dan berani berjuang untuk perubahan. Pendidikan menjadi medan perjuangan ideologis yang penting dalam mempertahankan atau menantang kekuasaan.
Untuk meringkas semua teori dan tokoh tokoh tadi, dan juga, jika teman-teman pembaca yang sedang skripsi atau meneliti dengan tema teori sosial pendidikan yang radikal, saya harap ringkasan ini bisa membantu.Â
Pendidikan sebagai Reproduksi Ketimpangan Sosial dan Kelas
- Pierre Bourdieu - Habitus, Modal Kultural, Reproduksi Simbolik
- Fungsi analisisnya, menjelaskan bagaimana pendidikan melestarikan dominasi kelas elit melalui simbol, bahasa, gaya hidup akademik. Contoh studi kasus:
- Mahasiswa dari kelas bawah yang kesulitan adaptasi di kampus top (UGM, UI atau ITB dsb.) karena kurangnya modal budaya.
- Mahasiswa LPDP atau jalur afirmasi masih merasa inferior karena gaya komunikasi "kelas atas" yang dominan di ruang akademik.
- Penilaian 'berbobot' dan 'kritis' disamakan dengan gaya menulis akademik Eropa barat.
- Samuel Bowles & Herbert Gintis - Reproduksi Sosial & Ekonomi
- Fungsi analisisnya, mengkritik pendidikan sebagai alat ekonomi untuk mencetak tenaga kerja, bukan membebaskan. Contoh studi kasus:
- Sistem kampus merancang jurusan dan kurikulum sesuai pasar kerja.
- Universitas swasta dengan biaya mahal membentuk "kelas menengah baru" tapi menyaring berdasarkan ekonomi.
- Louis Althusser - Ideological State Apparatus (ISA)
- Fungsi analisisny, menjelaskan bagaimana pendidikan menanamkan ideologi negara (kapitalis/neolib) ke individu. Contoh studi kasus:
- Kampus yang mengharuskan mahasiswa memakai seragam, ada upacara tertentu, patuh struktural, bukan tempat kritis.
- Dosen yang mengajarkan "sukses adalah kaya dan punya jabatan" sebagai kebenaran universal.
Pendidikan sebagai Mekanisme Kekuasaan dan Disiplin
- Michel Foucault - Power/Knowledge, Disiplin Institusional, Normalisasi
- Fungsi analisisnya, mengungkap bagaimana universitas mengatur tubuh dan pikiran secara sistemik. Contoh studi kasus:
- Sistem SKS, IPK, jadwal kelas padat, absensi biometrik, alat disiplin yang menciptakan tubuh "produktif".Â
- Kampus mengevaluasi kemampuan mahasiswa lewat standar normatif, seperti "tepat waktu," "berprestasi," "sopan".
- Prodi yang tidak produktif secara publikasi/dana, disuntik mati, kampus sebagai laboratorium kekuasaan.
- George Ritzer - McDonaldisasi Pendidikan
- Fungsi analisisnya, mengkritik bagaimana pendidikan diindustrialisasi seperti cepat saji, kuantitatif, dan tidak manusiawi. Contoh studi kasus:
- Program-program magang seperti MBKM untuk mempersiapkan mahasiswa menjadi karyawan.
- Universitas membuka banyak program "kelas internasional" berbasis profit.
- Kampus menyediakan "sertifikasi mikro" untuk efisiensi, bukan pemahaman.
- Mahasiswa menilai dosen bukan dari kualitas konten, tapi "apakah UTS-nya gampang".