Mohon tunggu...
Alfian Wahyu Nugroho
Alfian Wahyu Nugroho Mohon Tunggu... Penulis Artikel

Selamat membaca beragam tulisan yang menganalisis berbagai fenomena dengan teori-teori sosiologi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Review Buku "Social Reproduction Theory Remapping Class, Recentering Oppression (2017)" dalam Memahami Reproduksi Sosial

23 April 2025   06:28 Diperbarui: 23 Mei 2025   11:30 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tithi Bhattacharya (Sumber: https://literaturfestival.com/authors/tithi-bhattacharya/)

Pembahasan paling penting dari tulisan yang saya buat dari buku ini adalah mengenai reproduksi sosial yang fokus utamanya mengenai oleh gender dan permasalahan-permaslahannya.

Menurut teori reproduksi sosial, gender dipertahankan dan direproduksi melalui berbagai mekanisme, seperti pengajaran, sosialisasi, dan institusi sosial. Pada dasarnya, teori reproduksi sosial menganggap bahwa gender bukanlah sesuatu yang alami atau biologis, melainkan suatu konstruksi sosial yang dibentuk melalui interaksi sosial dan praktek-praktek sosial. Reproduksi sosial akibat perbedaan gender adalah proses di mana masyarakat menentukan nilai-nilai, norma, dan peran sosial tertentu pada individu berdasarkan jenis kelamin mereka. Sehingga, dapat kita ketahui bahwa konstruksi ini tidak hanya terjadi karena perbedaan biologis, tetapi juga karena norma dan nilai sosial yang diterapkan pada laki-laki dan perempuan. Dalam teori ini, gender bukanlah sesuatu yang inheren, tetapi sesuatu yang ditetapkan oleh masyarakat.

Selain itu, dari apa yang saya pahami, masyarakat yang mengadopsi teori reproduksi sosial, peran gender dipertahankan melalui pengajaran dan sosialisasi sejak dini, baik melalui keluarga maupun institusi pendidikan. Anak-anak belajar bagaimana berperilaku sesuai dengan gender mereka melalui model peran gender yang ada di sekitar mereka, termasuk orang tua, saudara, teman sebaya, dan media massa. Institusi sosial juga berperan dalam mempertahankan peran gender yang ada. Misalnya, tempat kerja seringkali menetapkan aturan dan norma-norma sosial yang mengatur bagaimana seharusnya seorang pria atau wanita berperilaku dan bertindak. Hal ini dapat mempertahankan perbedaan upah, promosi, dan kesempatan karir antara pria dan wanita.

Dari berbagai chapter di dalam buku, khususnya semua sub-bagian dari Mapping Social Reproduction Theory, dapat saya pahami secara ringkas bahwa teori reproduksi sosial (khususnya dalam Marxisme) menganggap bahwa gender tidak hanya dipertahankan dan direproduksi melalui praktik sosial dan institusi, tetapi juga merupakan bagian dari sistem ekonomi kapitalis yang menghasilkan ketidaksetaraan dan eksploitasi. Menurut teori ini, gender dipertahankan melalui peran-peran gender yang dipaksakan oleh sistem ekonomi kapitalis. Pria diposisikan sebagai pemilik modal dan wanita diposisikan sebagai pekerja yang murah dan tidak terorganisir. Hal ini dapat dilihat dalam sektor pekerjaan yang dipisahkan berdasarkan jenis kelamin dan upah yang berbeda, sehingga wanita cenderung menerima upah yang lebih rendah daripada pria. Selain itu, saya contohkan yang lain, teori ini menganggap bahwa gender diproduksi melalui pengajaran dan sosialisasi yang dipaksakan oleh keluarga dan institusi pendidikan. Anak-anak diajarkan untuk menerima peran gender yang sudah ditentukan oleh masyarakat, seperti pandangan bahwa laki-laki harus menjadi pemimpin dan wanita harus menjadi ibu rumah tangga.

Sebagai tambahan, dalam Marxisme, reproduksi sosial tidak hanya tentang reproduksi gender, tetapi juga reproduksi kelas sosial. Kelas sosial dipertahankan dan direproduksi melalui institusi dan praktik sosial yang mendorong kesenjangan ekonomi antara kelas sosial yang berbeda. Hal ini terkait dengan gender karena ketidaksetaraan gender juga dapat memperburuk ketidaksetaraan ekonomi antara pria dan wanita, terutama dalam konteks kapitalisme.

Selanjutnya, buku ini juga menjelaskan mengenai kesetaraan dalam teori reproduksi sosial, menurut saya fokus pembahasannya ada di chapter yang ke-2. Sebenarnya, dalam teori Marxisme, perempuan dipandang sebagai bagian dari kelas pekerja dan menjadi korban dari sistem ekonomi kapitalis yang mengakibatkan ketidaksetaraan ekonomi dan sosial. Marxisme melihat bahwa perempuan di dalam keluarga mengalami penindasan dan eksploitasi sebagai akibat dari sistem ekonomi kapitalis. Mereka melihat perempuan sebagai pengurus rumah tangga yang tidak dibayar dan pekerja rumahan yang memproduksi nilai untuk kapitalis tanpa dibayar secara langsung. perempuan adalah korban dari sistem ekonomi kapitalis yang menghasilkan pertumbuhan industri besar dan menempatkan kaum buruh dalam kondisi eksploitasi. Dalam pandangan mereka, ketidaksetaraan gender merupakan hasil dari sistem ekonomi kapitalis yang menempatkan perempuan di dalam posisi yang lemah dan memperkuat peran gender yang tradisional. Perempuan dianggap sebagai subjek pasif yang terjebak dalam sistem sosial yang menghalangi kemampuan mereka untuk berpartisipasi secara aktif dalam masyarakat.

Selain itu, kembali ke teori reproduksi sosial ini, dalam teori ini menjelaskan bahwa ketidaksetaraan dan penindasan bukanlah hal yang terisolasi atau kebetulan, tetapi merupakan hasil dari struktur sosial dan ekonomi yang ada dalam masyarakat. Teori reproduksi sosial juga menunjukkan bagaimana reproduksi sosial terkait erat dengan produksi ekonomi dalam masyarakat. Reproduksi sosial harus dipertahankan agar produksi ekonomi dapat terus berlangsung, dan produksi ekonomi mempengaruhi bagaimana reproduksi sosial dilakukan. Saya contohkan misalnya, perusahaan mungkin tidak akan mengizinkan cuti hamil dan menyusui yang cukup panjang karena akan mengurangi produktivitas pekerja, sehingga menghasilkan tekanan untuk mempercepat reproduksi sosial dan mempercepat peran perempuan untuk kembali bekerja.

Maka dari itu, buku ini dapat saya katakan seperti mengkritik pandangan teori Marxisme tersebut, tentang perempuan dan mengusulkan bahwa pembebasan perempuan hanya dapat terwujud melalui penghapusan sistem ekonomi kapitalis dan pembebasan kelas pekerja. Buku ini menjelaskan bahwa perempuan dari kelas pekerja memiliki pengalaman yang berbeda-beda, dan pandangan masyarakat harus diperluas dengan memperhatikan perbedaan pengalaman tersebut serta mengambil perspektif yang lebih inklusif dalam memahami pengalaman perempuan dalam masyarakat. Sehingga, pembebasan perempuan dapat terwujud hanya jika pengalaman dan aspirasi mereka diakui dan dipertimbangkan dalam pengembangan teori sosial dan politik yang lebih luas.

Selain itu, saya simpulkan berdasarkan kritik dari buku tersebut, berikut adalah beberapa poin kesimpulannya,

●Teori reproduksi sosial menjelaskan bahwa gender tidak hanya merupakan identitas biologis, tetapi juga merupakan konstruksi sosial yang dipelajari dan diproduksi melalui interaksi sosial dalam masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa gender dapat berubah dan terus berkembang seiring dengan perubahan sosial dan pergeseran nilai dalam masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun