Mohon tunggu...
Suryana Alfathah
Suryana Alfathah Mohon Tunggu... Freelancer - Santrizen Millenial

Kaum rebahan ras terkuat kedua di bumi

Selanjutnya

Tutup

Book

Review Novel Neraka di Warung Kopi: Balas Dendam dan Konspirasi Mafia

26 April 2024   17:47 Diperbarui: 26 April 2024   17:58 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Judul: Neraka di Warung Kopi
Penulis: Sidik Nugroho
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Jumlah Halaman: 211 hal
ISBN: 978-602-033-1713

Sinopsis
Pemilik sebuah warung kopi dibunuh brutal, mayatnya ditemukan dalam keranjang yang biasanya digunakan pedagang di pasar untuk berjualan. Warung kopinya dirusak, porak-poranda. Judul berita di surat kabar pun muncul:

"Neraka di Warung Kopi".

Penyelidikan terhadap kasus pembunuhan itu menggiring Elang dan Agung berurusan dengan kepemilikan tanah: ada tanah yang dirampas, dan perampasnya ternyata penjahat kenamaan. Saat misteri hampir tersibak, kejahatan lain menyusul, dua korban ditemukan tewas di pulau yang sunyi.

Review Singkat
"Bagi beberapa orang, kematian adalah duka, perpisahan abadi. Tapi bagi orang-orang itu, kematian adalah bisnis."

Novel ini merupakan lanjutan (seri kedua) secara langsung dari seri pertamanya "Tewasnya Gagak Hitam". Karena di ending buku pertama, Elang, Agung, dan Rinto sedang ngopi di Warung Kopi lalu datang Pak Effendi membawa kabar tentang ditemukannya Mayat seorang pemilik warung kopi yang termutilasi dan dihanyutkan di sungai.

Nah, seri kedua ini di bagian awal langsung pada proses penyelidikan kasus tersebut. Ceritanya lebih ringkas dari sebelumnya, sangat to the point. Jadi pembaca langsung disuguhkan dengan inti permasalahan dan fokus utama dalam cerita. Disebut "Neraka" karena warung kopi si pemilik yang termutilasi itu terbakar habis seperti neraka. Elang dan Agung lalu melakukan penyelidikan, awalnya mudah karena banyak yang bisa dimintai keterangan, namun semakin banyak keterangan justru semakin sulit karena korban yang bernama Sucipto dikenal dengan perangai nya yang baik dan tak punya musuh. Elang dan Agung pun terus berusaha mencari petunjuk sekecil apapun dan akhirnya mereka sampai pada sebuah konspirasi besar yang melibatkan mafia di daerah tersebut, Badan Pertanahan Nasional (BPN) dan orang2 berbahaya lainnya.

Untuk gaya bahasanya sama seperti buku sebelumnya, mudah dipahami. Jadi nyaman membacanya. Misterinya juga terasa kompleks. Daripada menyajikan ketegangan, novel ini justru lebih banyak menceritakan tentang proses penyelidikan polisi secara runtut dan teratur. Dari mulai menginvestigasi dan menanyai sekian banyak orang. Menelusuri tempat2 yang berkaitan, sampai juga melakukan penyergapan, semuanya diceritakan secara detail. Tidak seperti sebelumnya yang berfokus pada Elang yang melakukan penyelidikan secara mandiri. Dengan kata lain tokoh utama kita ini tidak lebih banyak beraksi dalam buku ini, meskipun sebenarnya sudut pandang cerita ada pada Elang.

Oh iya di awal cerita sepertinya Penulis berusaha memberikan jawaban atas keresahan pembaca di buku sebelumnya. Yaitu mudah nya polisi menerima campur tangan seorang yang bukan polisi dalam penyelidikan. Hal ini juga justru di pertanyakan oleh Elang sendiri kepada Agung, namun Agung menjawab bahwa setiap orang bisa melakukan apapun meskipun bukan di bidang nya. Karakter Elang pada novel kedua ini sedikit mengalami perubahan. Di buku sebelumnya kita tau bahwa Elang adalah seorang yang agak "nakal" terutama terhadap wanita, namun di buku kedua ini, Elang tampaknya lebih menahan diri. Ia juga sudah memikirkan untuk hidup dengan benar seperti menikah dan juga terlintas di pikirannya untuk menjadi detektif swasta.

"Dalam dunia kejahatan, semakin cantik dan menarik wanita, semakin membahayakan. Itu yang harus kauingat, Lang. Jangan mudah percaya." Hal. 49

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun