Mohon tunggu...
Achmad faizal
Achmad faizal Mohon Tunggu... -

Sosiologi Universitas Hasanuddin. Dapat berkorespondensi melalui achmadfaizalxxx@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Filosofi Tahun Baru

1 Januari 2018   14:56 Diperbarui: 1 Januari 2019   18:04 892
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Untuk mengartikan kedua istilah tersebut secara literal, dalam kamus bahasa jerman pun sulit ditemukan padanan katanya bahkan bagi orang jerman pun sulit membahasakannya. Tetapi secara sederhana, penulis memahaminya sebagai berikut ;

       • Secara eksistensi, semua makhluk hidup berada dalam aliran waktu yang objektif.    Manusia, hewan, dan tumbuhan tak dapat memisahkan diri atau berada diluar aliran waktu tersebut. Detik, menit, jam, hari adalah aliran waktu yang dimaksud dan inilah yang diistilahkan sebagai innerzeitigkeit. Oleh karena itu, tidak ada satupun tubuh makhluk hidup yang mampu keluar atau melampaui dari satuan waktu tersebut. Sebab secara eksistensi, tubuh kita sedang berada pada waktu sekarang atau pada detik ini, menit ini, jam ini dan seterusnya. Dengan kata lain, tubuh kita tidak dapat kembali ke masa lalu maupun maju menuju masa depan.

       • Adapaun istilah Zeitlichkeit secara sederhana dapat diartikan sebagai mengada atau mewaktu. Mengada atau mewaktu berarti menyadari seutuhnya bahwa diri kita (tubuh dan jiwa) memang benar – benar ada. Oleh sebab itu, makhluk hidup yang dapat mengada atau mewaktu hanyalah manusia, sebab tindakan mengada membutuhkan aktivitas mental berupa kesadaran, penalaran, maupun ingatan dan tentunya hanya manusialah yang memiliki kemampuan tersebut. Heidegger menyematkan manusia dengan istilah Das Sein, lantaran manusia tidak hanya pasif di kendalikan waktu tetapi ia juga mampu aktif menggunakan waktu.

Seumpama binatang yang hanya disibukkan dengan aktivitas makan, tidur dan bersenggama namun ia tak pernah mampu memahami dan menghayati aktivitas tersebut. Berbeda dengan manusia, dimana ia tidak sekedar makan, tidur dan bersenggama, melainkan manusia mampu (aktif) memaknai saat – saat melakukan aktivitas tersebut. 

Maka saat- saat seperti inilah yang dinamakan aspek mengada atau mewaktu. Oleh karena itu, jika ada manusia yang hanya sekedar makan, tidur, bersenggama dan seterusnya tanpa ada upaya perenungan di dalamnya, maka ia sejatinya tidak lebih daripada binatang.

Kelebihan selanjutnya yang dimiliki oleh manusia adalah ia dapat hidup di masa lalu dengan ingatannya dan hidup di masa depan dengan angan – angannya. Sebagai contoh, ketika anda bertemu dengan mantan misalnya, maka secara eksistensi (tubuh) anda memang sedang berada pada waktu sekarang atau pada detik, menit, jam dan hari ini. tetapi secara esensi (ingatan), anda bisa saja hidup di masa lalu. Mengapa ? karena kehadiran mantan (yang seringkali identik dengan masa lalu itu) seketika dapat mengingatkan anda kembali dengan berbagai kenangan pahit tatkala masih bersamanya dulu.

Inilah keunggulan manusia dibanding dengan makhluk hidup lainnya sebab manusia tidak hanya hidup secara eksistensi layaknya hewan dan tumbuhan lainnya, tetapi ia juga dapat hidup secara esensi dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.

Manusia dan Waktu Otentik

Tahun baru telah menghampiri kita dan tentunya sebagai manusia yang memiliki kesadaran barangkali telah menyiapkan serangkaian visi misi ataupun resolusi dalam satu tahun kedepan. 

Barangkali ada diantara kita yang telah bersiap tahun ini bisa wisuda (lalu menikah). Mungkin juga ada yang telah pasang target tahun ini harus dapat kerja (untuk biaya menikah). Ataukah juga barangkali ada yang telah mematok tahun ini minimal bisa berkenalan dengan seorang wanita (supaya ada yang ditemani menikah). Masing – masing dari kita tentunya telah menyusun timeline sedemikian rupa dan tertata, meskipun pada akhirnya kita tidak memiliki kuasa untuk memastikannya (dengan siapa nanti kita akan menikah).

Oleh sebab itu, sembari kita merangkai agenda dalam kurun waktu setahun kedepan, maka satu hal yang patut disadari adalah bagaimana menjadikan setiap waktu kita sebagai waktu yang otentik. Seumpama seseorang yang saling jatuh cinta, dimana keduanya nyaris tak pernah rela melewatkan waktunya sedikit pun untuk saling menjauh darinya. Setiap detik, menit, dan jam yang dilaluinya adalah begitu sangat berharga. Maka itulah waktu otentik, dimana kesadaran kita hadir untuk memaknai setiap waktu yang tersisa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun