Tanpa kontinuitas, chemistry hilang.
Tanpa chemistry, sistem tidak pernah hidup.Â
Setiap pertandingan terasa seperti debut baru, bukan kelanjutan dari rencana besar. Dan itulah tanda bahwa sistem belum punya akar.
3. Ketika Peran Tak Lagi Berfungsi
Mari lihat beberapa kasus nyata di lapangan:
Mang Ole, striker utama yang fit, tapi tidak jadi starter. Padahal ia tipe reference forward --- pemain yang bisa menahan bola, memberi waktu bagi tim naik, dan membuka ruang untuk sayap. Tanpa dia, serangan terasa kaku dan cepat putus.
Thom Haye, meski kini bermain di Liga 1, punya kecerdasan Eropa: tenang, terukur, dan tahu kapan harus memecah tempo. Ia pemain yang membuat sistem bekerja, bukan sebaliknya. Jika Haye dirasa terlalu lemah dalam dual 1v1, maka Palupessy harusnya menjadi tandem yang pas.
Yakob Sayuri, cepat dan eksplosif, tapi lebih efektif sebagai supersub. Ketika stamina lawan menurun, kecepatannya jadi pembunuh. Dipasang sejak awal, energi itu habis sebelum pertandingan hidup.
Sementara Nathan, Egy, dan Walsh --- tiga pemain yang sudah mencicipi atmosfer Piala Asia --- terbuang dari line up bahkan DSP. Mereka bukan cuma pemain, tapi penjaga kesinambungan sistem dari era sebelumnya. Mengabaikan mereka berarti menghapus kontinuitas itu.
Terlepas dari itu, mereka juga telah merasakan atmofser pertandingan yang menegangkan seperti malam tadi. Menyisihkan mereka adalah salah satu kesalahan paling vital, terlebih lagi jika melihat performa ketiga pemain ini yang sedang apik di klub.
 4. Sistem Tanpa Fondasi