Mohon tunggu...
Alfa Arkana (Fadlan)
Alfa Arkana (Fadlan) Mohon Tunggu... Mini siswa

Suka dolan dan membaca. Kalau kamu, ya jangan ditanya, udah pasti suka.

Selanjutnya

Tutup

Financial

Biar Duit Nggak Sekadar Numpang Lewat: Seni Mengontrol Arus Keuangan di Era Digital

5 Oktober 2025   15:03 Diperbarui: 5 Oktober 2025   17:50 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bukan cuma numpang lewat. Uang punya tujuan besar, termasuk ibadah. Yuk, mulai menabung dengan niat! (Sumber: Dokpri/Cendekia/Disisi)

Kita semua merasakannya. Gaji atau pemasukan bulanan masuk, terasa lega - sebentar. Dalam hitungan minggu, atau bahkan hari, saldo sudah kembali ke titik nol. Rasanya seperti uang itu cuma "numpang lewat" di rekening kita, mampir sejenak sebelum pindah ke e-commerce, layanan streaming, atau kedai kopi favorit.

Bagi generasi Milenial dan Gen Z, tantangan finansial jauh lebih kompleks. Kita hidup dalam kultur instant gratification dan FOMO (Fear of Missing Out) yang didorong oleh feed media sosial. Teman healing ke Bali, gadget terbaru rilis, langganan aplikasi produktivitas baru - semua terasa wajib dimiliki. Lingkungan kita dirancang untuk membuat uang kita bergerak cepat, keluar dari kantong.

Mengubah Mindset: Dari Konsumsi ke Intentionalitas

Langkah pertama agar uang tetap stay dan work bukan tentang menjadi pelit, tapi tentang menjadi intentional.

1. Kenali "Hantu" Pengeluaranmu

Coba scroll back riwayat mutasi bank dan e-wallet. Mayoritas pengeluaran kita hari ini berbentuk digital: biaya langganan yang lupa dibatalkan, check-out tengah malam, atau top-up game. Gunakan aplikasi budgeting modern yang terintegrasi dengan bank (bukan lagi buku catatan manual!) untuk melihat kemana perginya uang kita. Ingat, mengetahui musuh adalah separuh dari pertempuran.


2. Automasi Tabungan dan Investasi

Jangan tunggu sisa uang untuk menabung atau investasi. Begitu gaji masuk, potong langsung untuk pos saving dan investing. Anggap ini sebagai "membayar diri sendiri" terlebih dahulu. Uang yang kita sisihkan secara otomatis tidak akan pernah terlihat sebagai available balance yang bisa kita gunakan untuk hal yang impulsif.


3. Definisikan Tujuan, Bukan Sekadar Angka

Menabung tanpa tujuan itu membosankan. Mari ubah mindset "Saya harus punya 10 juta di bank" menjadi "Saya menabung untuk dana darurat enam bulan ke depan" atau "Saya investasi untuk membeli rumah pertama di usia 30." Tujuan yang jelas akan memberi kita motivasi saat godaan flash sale datang.


Tujuan Uang yang Melampaui Duniawi

Sering kali, tujuan kita menabung adalah untuk hal-hal material: gadget terbaru, liburan keren, atau dana pensiun. Namun, ada dimensi tujuan yang melampaui itu, yaitu tujuan spiritual. Kotak Ka'bah ini bukan sekadar celengan, tapi representasi dari cita-cita terbesar: mengamalkan rukun Islam.

Bagi Milenial dan Gen Z, mengejar impian Haji atau Umrah terasa sangat jauh di tengah biaya hidup yang tinggi. Di sinilah manajemen keuangan modern bertemu dengan niat suci. Prinsip automasi yang kita terapkan untuk dana darurat dan investasi, juga harus kita terapkan untuk tabungan spiritual ini.

Sisihkan, sekecil apa pun, secara rutin. Membuat uang "tidak numpang lewat" juga berarti memastikan ia berkontribusi pada masa depan ukhrawi - sebuah investasi yang nilainya tidak hanya diukur dengan Rupiah, melainkan dengan pahala.

Biarkan Uangmu Bekerja Saat Kamu Tidur

Agar uang tidak sekadar lewat, ia harus mulai bekerja. Di era digital, investasi bukan lagi monopoli orang tua atau bankir berdasi.

Micro-Investing dan Aksesibilitas: Hari ini, kita bisa memulai investasi dengan uang receh melalui Reksadana atau membeli saham fraksional. Kunci utamanya adalah memulai sekarang. Bahkan dengan dana minimal, kamu sudah menanam benih. Ingat konsep bunga majemuk (compounding). Semakin cepat kamu berinvestasi, semakin lama uangmu punya waktu untuk "beranak pinak."

Uang itu adalah alat untuk membangun masa depan yang kamu impikan, baik secara duniawi maupun ukhrawi. Mengontrol arus keuangan bukan berarti mematikan kesenangan, melainkan mengalihkannya. Alih-alih menghabiskan uang untuk kepuasan instan, alihkan sebagian untuk menciptakan keamanan, kebebasan finansial jangka panjang, dan yang terpenting, mencapai tujuan spiritual tertinggi.

Jadi, mari kita ubah narasi. Bukan lagi tentang membiarkan duit numpang lewat, tapi tentang menjadikan duit itu penduduk tetap yang loyal dan bekerja keras untuk mewujudkan cita-citamu di dunia dan akhirat. Mulai dari audit e-wallet-mu dan isi celengan Ka'bahmu hari ini.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun